31 Oktober 2024

,

Elaborasi Pemahaman Modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

 


Sore ini, Kamis pukul 15.30 s/d 17.00 Wita kegiatan Elaborasi Pemahaman Modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya yang dipandu oleh instruktur Rosiati Yo. Elaborasi berjalan sangat interaktif dengan instruktur yang selalu mengajak Calon Guru Penggerak untuk berpartisipasi aktif dalam ruang elaborasi. Adapun pembahasan dengan tema Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya dapat saya tuangkan sebagai berikut:

Melihat Potensi di Setiap Sudut: Pendekatan Berbasis Aset dalam Pendidikan

Pernahkah Bpk/Ibu merasa bahwa sekolah Bpk/Ibu memiliki banyak kekurangan? Mungkin jumlah siswa yang sedikit, fasilitas yang kurang memadai, atau bahkan terbatasnya sumber daya. Namun, tahukah Bpk/Ibu bahwa setiap kekurangan pasti menyimpan potensi yang belum tergali? Pendekatan berbasis aset mengajak kita untuk mengubah cara Bpk/Ibu  terhadap permasalahan, dengan fokus pada kekuatan dan potensi yang ada.

 

Dari Kekurangan Menjadi Kekuatan

Dalam dunia pendidikan, pendekatan berbasis aset mendorong kita untuk melihat setiap sekolah sebagai sebuah ekosistem yang unik, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Alih-alih terpaku pada kekurangan, kita diajak untuk menggali lebih dalam dan menemukan aset-aset yang dapat menjadi kekuatan pendorong perubahan.

Contohnya:

  • Sekolah kecil: Justru bisa memberikan perhatian yang lebih individual kepada setiap siswa, menciptakan hubungan yang lebih dekat antara guru dan murid.
  • Fasilitas terbatas: Bisa menjadi tantangan untuk berpikir kreatif dan mencari solusi inovatif. Misalnya, memanfaatkan teknologi yang ada secara maksimal atau menjalin kerjasama dengan komunitas sekitar.
  • Sumber daya manusia yang terbatas: Justru bisa menjadi kesempatan untuk mengembangkan potensi setiap individu, baik guru maupun siswa.

Mengapa Pendekatan Berbasis Aset Penting?

  1. Fokus pada Solusi: Dengan fokus pada aset, kita akan lebih terdorong untuk mencari solusi atas permasalahan yang ada, bukan hanya mengeluhkan kekurangan.
  2. Meningkatkan Motivasi: Melihat potensi yang ada dapat meningkatkan motivasi dan semangat kerja sama dalam komunitas sekolah.
  3. Membangun Kepercayaan Diri: Ketika kita menyadari kekuatan yang kita miliki, kepercayaan diri akan meningkat dan kita akan lebih berani menghadapi tantangan.
  4. Membentuk Budaya Positif: Pendekatan berbasis aset dapat menciptakan budaya positif di sekolah, di mana setiap individu merasa dihargai dan memiliki peran penting.

Langkah-langkah Mengimplementasikan Pendekatan Berbasis Aset

  1. Identifikasi Aset: Mulailah dengan mengidentifikasi semua aset yang ada di sekolah Bpk/Ibu, baik itu aset fisik, sosial, maupun manusia.
  2. Analisis SWOT: Lakukan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi sekolah.  
  3. Buat Rencana Aksi: Kembangkan rencana aksi yang berfokus pada pemanfaatan aset untuk mengatasi kelemahan dan meraih peluang.
  4. Libatkan Semua Pihak: Libatkan seluruh anggota komunitas sekolah, mulai dari guru, siswa, orang tua, hingga staf tata usaha, dalam proses identifikasi, analisis, dan perencanaan.
  5. Evaluasi dan Perbaikan: Lakukan evaluasi secara berkala untuk melihat sejauh mana rencana aksi telah berhasil dan melakukan perbaikan jika diperlukan.

Kesimpulan

Pendekatan berbasis aset menawarkan sebuah perspektif yang segar dalam dunia pendidikan. Dengan mengubah cara pBpk/Ibung kita terhadap permasalahan, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif, inovatif, dan berpusat pada siswa. Ingatlah, setiap sekolah memiliki potensi yang luar biasa. Tinggal bagaimana kita menggali dan mengembangkannya.

Pertanyaan untuk Diskusi:

  • Apa saja aset terbesar yang dimiliki sekolah Bpk/Ibu?
  • Bagaimana Bpk/Ibu dapat melibatkan seluruh anggota komunitas sekolah dalam menerapkan pendekatan berbasis aset?
  • Tantangan apa yang mungkin Bpk/Ibu hadapi dalam mengimplementasikan pendekatan ini?

 

Continue reading Elaborasi Pemahaman Modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

29 Oktober 2024

,

Ruang Kolaborasi 3.2 Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya Kelompok Dira



Tujuan Pembelajaran Khusus

CGP dapat mengidentifikasi berbagai sumber daya di daerah untuk sekolahnya dan strategi pemanfaatannya secara efektif.

IDENTIFIKASI ASET UTAMA” DI JEMBRANA

MODAL MANUSIA

Kepala Sekolah

 

Kepala sekolah yang kreatif dan inovatif, mampu menjadi leader dan manajer dalam kepemimpinan di sekolah

Guru

 

Guru yang dimiliki sudah sebagian besar memiliki sertifikat pendidik, sudah dan sedang mengikuti PGP, guru produktif yang dimiliki memang lulusan sesuai program keahliannya (S.Pd, M.Pd, Perawat, S.Kep., Farmasi S, Farm. S.Kom, M.Kom)

 

Tenaga Kependidikan

 

Tendik yang mumpuni sesuai tugasnya sehingga mampu melaksanakan tugas sesuai SOP.

 

Murid

 

Murid dengan prestasi yang bervariasi (akademik/nonakademik), memiliki keahlian sesuai program studi.

 

Komite

 

Mendukung dan menjadi perantara sekolah kepada orang tua/wali murid terkait penyelenggaraan program sekolah.

 

Pengawas

 

Mengawasi dan mengarahkan dalam penyusunan ataupun pelaksanaan program sekolah.

 

Orang Tua/Wali

 

Memberikan dukungan terkait program sekolah berupa memberian izin keterlibatan siswa, sumbangan sukarela, menjadi guru tamu, dan sebagainya.

 

Masyarakat/ narasumber

 

Menjadi narasumber pada kegiatan/program sekolah. Misalnya masyarakat yang ahli dalam pembuatan jamu akan menjadi guru tamu untuk berbagi proses pembuatan jamu kepada siswa jurusan farmasi, dan sebagainya.

 

 

 

 

MODAL SOSIAL

Puskesmas

Memberikan penyuluhan, melakukan pengecekan kesehatan, imunisasi atau berbagi vitamin dan obat dalam peringatan hari gizi di sekolah.

 

Aparat Desa

 

Meminta pertimbangan untuk pengusulan beasiswa dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) bagi murid yang tergolong kurang mampu.

 

Bhabinkamtibmas

 

Memberikan sosialisasi mengenai ketertiban dan keamanan masyarakat / tata tertib berlalu lintas.

 

Lembaga Bimbingan Belajar

 

Sekolah berkolaborasi dengan lembaga bimbingan belajar untuk meningkatkan kompetensi siswa

 

Komunitas Praktisi/MGMP /KKG

Komunitas berbagi praktik baik atau berbagi hal-hal terkait dengan kegiatan pembelajaran

 

 

MODAL POLITIK

Dudi (Dunia Usaha Dunia Industri)

 

 

Adanya kerjasama dengan pihak dunia kerja untuk melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapangan

Kepala Sekolah

 

Membuat kebijakan-kebijakan yang mengakomodir kepentingan warga sekolah dan peningkatan kualitas pembelajaran yang berpihak pada murid.

 

Pemerintah Daerah

 

Memudahkan akses informasi dan regulasi yang berkaitan dengan proses penyelenggaraan program pendidikan.

 

 

MODAL AGAMA DAN BUDAYA

Kreativitas murid dalam bidang seni di banjar masing- masing

 

kreativitas murid yang beragam dan aktif di setiap banjar dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan kesenian di sekolah, seperti ekstra baleganjur, persantian, Tari daerah dan sebagainya

 

Budaya 5S

 

Melaksanakan program sekolah dalam menciptakan pembiasaan baik kepada warga sekolah

 

Guru Agama

 

Sebagai pembimbing dan pemberi contoh dalam melaksanakan ajaran agama bagi warga sekolah, melaksanakan pesraman kilat, dan sebagainya.

 

Pura Jagatnatha, makam wali pitu dan Goa Maria Palasri

 

Sebagai sarana spiritual dalam wisata kerohanian pada hari raya suci keagamaan serta sarana pendidikan, pembelajaran sosial spiritual, serta pengembangan nilai-nilai moral bagi siswa

 

 

MODAL FISIK

Modal bangunan

Ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, gedung seni, wantilan, parkir, RPS (Ruang Praktik Siswa)

Ruang kelas dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran RPS untuk praktik sesuai jurusan Perpustakaan sebagai tempat menyediakan buku-buku referensi untuk kegiatan literatur. Gedung seni sebagai tempat mempertunjukkan kesenian/pementasan/ ekstakurikuler seni Parkir sebagai tempat parkir kendaraan warga sekolah

 

Infrastuktur  ( berupa akses jalan, listrik, jaringan internet, dan air bersih)

 

Akses jalan yang sangat mudah dijangkau sehingga memudahkan menuju sekolah. Listrik dan jaringan internet yang memadai membantu memperlancar PBM yang menggunakan listrik dan internet. Ketersediaan air bersih yang sangat mendukung kegiatan di sekolah baik dalam praktik, perundingan, dan sebagainya.

 

Sarana Pendukung Sarana pendukung berupa Buku, Laptop, Printer, LCD Proyektor

 

 

Buku, LCD, Laptop, Printer mampu mendukung kegiatan PBM yang berdiferensiasi

 

 

 

MODAL LINGKUNGAN

Pantai dan Laut

 

Dimanfaatkan sebagai lingkungan belajar diluar kelas, clean up, dan sebagai sarana rekreasi pada kegiatan jeda.

 

Darling (komunitas Sadar Lingkungan

 

Komunitas di lingkungan masyarakat yang membantu dalam pemilahan dan pengelolaan sampah yang dihasilkan di sekolah dan masyarakat.

Tempat pengolahan Kakao

 

Sebagai tempat mengembangkan keterampilan murid di luar keterampilan yang di dapat di sekolah dan referensi kegiatan P5 bertemakan kebekerjaan

 

GOR dan lapangan

 

Sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan olah raga dengan kapasitas lebih besar seperti lomba olahraga antar kelas, pertandingan persahabatan, dan senam bersama

 

 

MODAL FINANSIAL

Dana Bos Kantin Sekolah, Koperasi Sekolah, Dan Rekanan

 

digunakan sebagai sumber pembiayaan operasional serta penunjang kegiatan yang dilaksanakan di sekolah seperti meningkatkan sarana prasarana, kegiatan yang mendorong aktivitas murid (ekstrakurikuler, lomba-lomba), dan membiayai kegiatan yang meningkatkan kompetensi guru seperti pelatihan

 

Continue reading Ruang Kolaborasi 3.2 Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya Kelompok Dira

28 Oktober 2024

,

Ruang Koloborasi Sesi 1 Modul 3.2

 


Pada sesi diskusi modul 3.2 tentang kepemimpinan dalam pengelolaan sumber daya pendidikan, kelompok 1 yang terdiri dari saya, Bu Indah, Pak Komang, dan Pak Darma, telah menyelami lebih dalam mengenai potensi sumber daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru. Khususnya, kami berfokus pada identifikasi 7 aset utama yang ada di Kabupaten Jembrana. Diskusi ini menjadi sangat menarik karena kami semua memiliki perspektif yang berbeda namun saling melengkapi, baik sebagai guru maupun sebagai warga Jembrana.

Dalam diskusi, kami berhasil mengidentifikasi berbagai aset potensial di Kabupaten Jembrana yang dapat mendukung proses pembelajaran. Mulai dari potensi alam seperti pantai, sawah, dan hutan mangrove yang kaya akan keanekaragaman hayati, hingga aset budaya seperti desa adat, seni tradisional, dan tokoh masyarakat. Kami juga membahas mengenai potensi sumber daya manusia, seperti para seniman, budayawan, dan tokoh agama yang dapat menjadi narasumber atau fasilitator pembelajaran. Selain itu, kami turut menyoroti keberadaan perpustakaan, museum, dan pusat penelitian sebagai sumber informasi yang berharga.

Diskusi kelompok ini telah membuka wawasan kami tentang betapa kaya akan sumber daya Kabupaten Jembrana. Kami menyadari bahwa dengan memanfaatkan aset-aset tersebut secara kreatif dan inovatif, kami sebagai guru dapat menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna dan relevan bagi siswa. Ke depan, kami berkomitmen untuk terus menggali potensi sumber daya lokal dan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan berakar pada budaya lokal.

 

Continue reading Ruang Koloborasi Sesi 1 Modul 3.2

26 Oktober 2024

,

Eksplorasi Konsep Modul 3.2 Pemimpin Dalam Pengelolaan SUmber Daya

 


  1. Apabila kita menganggap sebuah sekolah adalah sebuah ekosistem dengan faktor biotik dan abiotik yang ada di dalamnya, maka  faktor-faktor apa saja yang termasuk dalam kelompok biotik dan abiotik?

Faktor biotik adalah komponen hidup dalam ekosistem seperti: siswa, guru, staf sekolah, orang tua, komuntas sedangkan faktor abiotic adalah komponen tidak hidup dalam ekosistem seperti Gedung sekolah, peralatan dan perlengkapan yang ada disekolah, tanh, air , peraturan sekolah, nilai-nilai dan norma yang berlaku di sekolah.

  1. Bagaimanakah seharusnya seorang kepala sekolah berperan dalam mengelola ekosistem sekolahnya?

Dalam mengelola ekosistem sekolah Kepala sekolah berperan menentukan visi dan misi sekolah yang jelas dan inspiratif, Kepala Sekolah berperan sebagai Pemimpin untuk menciptakan budaya belajar yang positif dan kondusif bagi semua anggota sekolah. Kepala sekolah mampu mengelola sumber daya sekolah secara efektif dan efisien, termasuk sumber daya manusia, fisik, dan keuangan.

  1. Kemampuan apa saja yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah sebagai pemimpin ekosistem sekolah? 

Kemampuan inti yaitu seorang Kepala Sekolah harus mampu merumuskan visi dan misi sekolah yang jelas, inspiratif, dan relevan dengan kebutuhan zaman.

Memahami secara mendalam tentang dinamika ekosistem sekolah, termasuk interaksi antara faktor biotik dan abiotik. Mampu membangun hubungan yang baik dengan semua pemangku kepentingan, seperti guru, siswa, orang tua, dan komunitas.

Kemapuan teknis (Pengelolaan Sumber Daya, Pengembangan Kurikulum, Evaluasi dan Pengembangan, Penggunaan Teknologi

Kemampuan Konseptual (Pembelajaran Berpusat pada Siswa, Pembelajaran Kolaboratif, Pemikiran Kritis dan Kreatif)

  1. Apa yang harus dilakukan oleh seorang kepala sekolah dalam mengelola sumber daya sekolah secara efektif dan efisien?

Langkah yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dalam mengelola sumber daya sekolah secara efektif dan efisien:

Membuat perencanan yang matang untuk jangka panjang dan pendek

Pengelolaan SDM  dengan memberikan kesempatan kepada guru mengikuti pelatihan pengembangan diri

Melakukan evaluasi, memberikan motivasi, mendelegasikan tugas kepada guru sesuai kompetensi

Melakukan pengelolaan sumber daya fisik, keuangan, memanfaatkan teknologi dan berkolaborasi

  1. Seberapa besar dampak sumber daya (fasilitas) yang sekolah miliki untuk memfasilitasi proses pembelajaran murid saat ini? Jelaskan!

Fasilitas yang dimiliki sekolah dalam memfasilitasi proses pembelajaran  pembelajaran siswa jika diprosentase berada pada 90%. Sekolah sudah memiliki Gedung dan failitas yang diperlukan kelas beserta perlengkapannya, lab komputer, Lab IPA, Perpustakaan  dan fasilitas lainnya.

  1. Sejauh mana sumber daya sekolah yang kita miliki sudah kita gunakan secara efektif untuk mendukung kualitas pembelajaran di sekolah? Jelaskan!

Sumber daya sekolah dimiliki sudah saya gunakan secara maksimal terutama pengguanaa lab komputer dan perpustakaan. Hampir setiap pembelajaran kedua fasilitas saya manfaatkan dalam proses pembelajaran

  1. Adakah cara alternatif yang bisa kita lakukan untuk memaksimalkan sumber daya yang sudah ada demi meningkatkan kualitas pembelajaran murid?

Alternatif yang dapat dilakukan guru untuk memaksimalkan sumber daya yang suda ada yaitu dengan memanfatkan teknologi seperti HP yang dimiliki siswa serta komputer yang tersedia di lab sekolah. Kedua peralatan tersebut dapat dilakukan sebagai media pembelajaran baik daring, luring maupun blended learning.

  1. Sudahkah sekolah memanfaatkan apa yang ada di lingkungan sekitar? Bagaimana pemanfaatannya?

Sekolah sudah memanfaatkan apa yang ada dilingkungan sekitar seperti lapangan basket dan halaman depan sekolah yang luas dimanfaatkan untuk pembelajaran olah raga, lab komputer  dan lab IPA dimanfaatkan sebagai pembelajaran, lahan kosong dimanafaatkan pembudidayaan tanaman obat dan sayuran

 

 

Continue reading Eksplorasi Konsep Modul 3.2 Pemimpin Dalam Pengelolaan SUmber Daya

24 Oktober 2024

,

Mulai Dari Diri Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

 


Mengingat-ingat ekosistem, bayangkan sekolah atau salah satu sekolah tempat Bapak dan Ibu bertugas.
Apa bagian-bagian yang ada dari sekolah tersebut sebagai sebuah ekosistem?

Beberapa bagian atau komponen dari sekolah yang dianggap sebagai bagian dari ekosistem adalah siswa, guru dan staf pengajar, kurikulum dan materi pelajaran, fasilitas sekolah, orang tua dan komunitas, administrasi sekolah, regulasi dan kebijakan pendidikan

Apa saja yang bisa Anda sebut sebagai sumber daya yang dimiliki atau dapat dimanfaatkan oleh sekolah?
Perhatikan untuk tidak terpaku pada hal-hal yang kelihatan.

Sumber daya yang dimiliki atau dapat dimanfaatkan oleh sekolah yaitu:

1. Sumber Daya Manusia (Guru, staf, siswa, orang tua, komunitas)

2. Sumber Daya Fisik (Gedung sekolah, fasilitas, lingkungan)

3. Sumber Daya Financial (Anggaran sekolah, sponsor)

Refleksikan sosok pemimpin atau kepala sekolah yang memimpin sekolah tersebut.
Apa hal-hal yang paling diingat dari sosok pemimpin tersebut, terkait dengan perannya di ekosistem sekolah serta pelibatan/pemanfaatan sumber daya yang ada?

Sosok pemimpin atau kepala sekolah yang memimpin di sekolah  kami terkait dengan perannya di ekosistem. yatiu:

1. Pemimpin yang selalu berinovasi dalam menjalannan tugas

2. Pemimpon yag ingin menjadi sekolah terdepan 

Jadi, seperti apa peran pemimpin yang ideal itu, khususnya dalam hal memanfaatkan semua bagian dari ekosistem dan mengelola sumberdaya yang ada di dalam dan sekitar sekolah?

Peran pemimpinan yang ideal  yaitu pemimpin yang mampu berperan sebagai fasilitator, motivator, dan visioner dalam mengelola semua komponen ekosistem sekolah.

Silakan refleksikan, posisi diri Bapak dan Ibu dalam ekosistem sekolah.
Sejauh mana Bapak Ibu sebagai guru atau peran lainnya telah memanfaatkan sumber daya sekolah?

Posisi saya dalam ekosistem sekolah yaitu sebagai guru, operator sekolah, Kepala Lab dan Ketua Komunitas Belajar. 

Dalam melaksanakan tugas saya telah memanfaatkan sumber daya di sekolah seperti , rekan guru, siswa serta fasilitas sekolah seperti laptop/komputer, internet.

 

Apa saja harapan pada diri Bapak dan Ibu sebagai seorang pendidik, pemimpin, dan pada murid setelah mempelajari modul ini?

  • Diri sendiri
  • Murid
  • Sekolah

 

Harapan diri sendiri setelah mempelaji yaitu

  • Memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana semua komponen dalam sekolah saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain.
  • Untuk terus mengembangkan diri dan menerapkan strategi pembelajaran yang lebih baik

Harapan terhadap murid setelah mempelajari yaitu:

  • Siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran, berani bertanya, dan berpartisipasi dalam diskusi.
  • Siswa dapat berpikir kritis, menganalisis informasi, dan memecahkan masalah dengan lebih baik.

Harapan terhadap sekolah setelah mempelajari yaitu:

  • Sekolah dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan, menghasilkan lulusan yang berkualitas dan siap menghadapi tantangan masa depan.
  • Sekolah menjadi lebih inklusif, menerima semua siswa dengan latar belakang yang berbeda-beda.

Apa saja kegiatan, materi, manfaat, yang Bapak dan Ibu harapkan ada dalam modul ini?

Kegiatan, materi, manfaat yang saya harapkan dalam modul ini adalah :

  • Memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana semua komponen dalam sekolah saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain.
  • Lebih mampu membangun hubungan yang positif dan kolaboratif dengan siswa, sesama guru, orang tua, dan komunitas.
  • Lebih aktif berperan sebagai pemimpin pembelajaran di kelas dan sekolah, menginspirasi siswa untuk mencapai potensi terbaiknya.

 

Continue reading Mulai Dari Diri Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

22 Oktober 2024

,

Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Kompas Dalam Pengambilan Keputusan Pendidikan

 


Dunia pendidikan adalah arena yang kompleks, di mana setiap keputusan yang diambil memiliki konsekuensi yang luas. Untuk itu, kita membutuhkan kompas yang kokoh, yaitu nilai-nilai kebajikan, sebagai panduan dalam setiap langkah kita. Nilai-nilai kebajikan seperti kejujuran, keadilan, dan kasih sayang bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi merupakan pondasi yang kuat dalam membangun karakter peserta didik. Dalam setiap keputusan yang kita ambil, nilai-nilai inilah yang harus menjadi pertimbangan utama. Pengambilan keputusan dalam pendidikan bukanlah sekadar memilih opsi terbaik, tetapi juga tentang memilih opsi yang paling bernilai. Nilai-nilai kebajikan menjadi filter yang membantu kita membedakan pilihan yang baik dan buruk.

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Filosofi Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara, merupakan landasan yang sangat relevan dalam konteks pengambilan keputusan seorang pemimpin, Filosofi ini terdiri dari tiga semboyan utama  ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Kaitannya dengan pengambilan Keputusan yaitu Seorang pemimpin harus menjadi teladan (ng ngarso sung tulodo) dalam mengambil keputusan yang berpihak pada murid. Ia juga harus mampu membangun semangat dan motivasi murid (ing madya mangun karso) melalui keputusan-keputusan yang diambil. Selain itu, pemimpin juga harus memberikan dukungan dan bimbingan kepada murid (tut wuri handayani) dalam menghadapi konsekuensi dari keputusan yang diambil.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang kita anut akan menjadi filter dalam setiap keputusan yang kita ambil. Nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, kasih sayang, dan integritas akan mempengaruhi pilihan kita. Jika kita menjunjung tinggi kejujuran, maka kita akan cenderung membuat keputusan yang transparan dan akuntabel.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

  • Coaching berperan penting dalam membantu kita merefleksikan keputusan yang telah kita ambil. Melalui coaching, kita dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam proses pengambilan keputusan, serta menemukan cara untuk meningkatkan kualitas keputusan di masa mendatang. Ada beberapa cara bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan proses coaching yaitu:
  • Coaching mendorong individu untuk merefleksikan keputusan yang telah diambil. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh coach akan membantu individu menggali lebih dalam mengenai alasan di balik keputusan tersebut, nilai-nilai yang mendasari, serta dampak yang ditimbulkan.
  •  Melalui sesi coaching, individu dapat mengevaluasi apakah keputusan yang diambil telah efektif dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Coach akan membantu individu mengidentifikasi indikator keberhasilan dan mengukur sejauh mana keputusan tersebut telah memenuhi harapan.
  • Coaching juga membantu individu mengidentifikasi pelajaran yang dapat diambil dari proses pengambilan keputusan. Baik itu keberhasilan maupun kegagalan, setiap pengalaman dapat menjadi sumber pembelajaran yang berharga.
  • Dengan melakukan coaching secara berulang, individu dapat mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan yang lebih baik.

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap kualitas pengambilan keputusan, terutama dalam menghadapi dilema etika. Kecerdasan emosional yang tinggi akan membantu guru dalam mengelola emosi diri, Hal ini sangat penting dalam menghadapi dilema etika, di mana kita seringkali dihadapkan pada situasi yang menimbulkan tekanan emosi.

Kemampuan seorang guru untuk mengelola aspek sosial emosionalnya akan membantu dalam

  • Guru yang memahami nilai-nilai pribadinya akan lebih mudah mengidentifikasi konflik nilai yang muncul dalam suatu dilema etika.
  • Dengan memahami emosi yang muncul, guru dapat mengambil keputusan yang lebih rasional dan tidak terbawa oleh emosi sesaat.
  • Guru yang empati akan lebih mudah memahami perspektif orang lain yang terlibat dalam suatu dilema.
  • Dengan memahami berbagai perspektif, guru dapat membuat keputusan yang lebih adil dan mempertimbangkan dampaknya terhadap semua pihak.emampuan mengelola emosi memungkinkan guru untuk berpikir kritis dan menganalisis berbagai alternatif solusi.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika memberikan kesempatan bagi kita untuk merefleksikan nilai-nilai yang kita anut sebagai pendidik. Melalui studi kasus, kita dapat melatih kemampuan berpikir kritis dan mengambil keputusan yang berlandaskan nilai-nilai tersebut,  beberapa cara di mana nilai-nilai pendidik tercermin dalam pembahasan studi kasus etika:

  • Pendidik yang menjunjung tinggi keadilan akan cenderung menganalisis kasus dari berbagai sudut pandang untuk memastikan semua pihak mendapatkan perlakuan yang adil.
  • Pendidik yang meyakini pentingnya pendidikan akan cenderung mencari solusi yang dapat memberikan pembelajaran bagi siswa.
  • Pendidik yang menghormati semua pihak akan menggunakan bahasa yang sopan dan santun dalam menyampaikan pendapat.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

 Pengambilan keputusan yang tepat akan menciptakan lingkungan belajar yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Sebaliknya, keputusan yang salah dapat merusak lingkungan belajar dan berdampak negatif pada siswa. Nilai-nilai Pendidik Penting dalam Studi Kasus Etika karena:

  • Nilai-nilai yang kuat akan membantu pendidik mengambil keputusan yang konsisten, meskipun menghadapi tekanan dari berbagai pihak.
  • Siswa dan rekan kerja akan lebih mudah mempercayai seorang pendidik yang memiliki nilai-nilai yang jelas dan konsisten.
  • Pendidik adalah role model bagi siswa. Dengan menunjukkan nilai-nilai yang baik, pendidik dapat menginspirasi siswa untuk berperilaku etis.

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan dalam mengambil keputusan etis seringkali berkaitan dengan tekanan sosial, kepentingan pribadi, dan perubahan paradigma misalnya, dapat menimbulkan konflik antara nilai-nilai lama dan nilai-nilai baru. Beberapa tantangan umum yang sering dihadapi dalam pengambilan keputusan etika, baik di lingkungan pendidikan maupun lingkungan lainnya, antara lain:

  • Tekanan dari rekan kerja, atasan, atau bahkan masyarakat luas untuk mengambil keputusan tertentu, meskipun bertentangan dengan nilai-nilai etika yang kita anut.
  • Informasi yang tidak lengkap atau bias dapat menghambat kita dalam mengambil keputusan yang tepat.

Kaitannya dengam perubahan paradigma di lingkungan yaitu:

  • Munculnya teknologi baru seperti kecerdasan buatan (AI) atau bioteknologi menimbulkan dilema etika yang kompleks, seperti privasi data, etika dalam pengembangan AI, atau manipulasi genetik.
  • Perubahan nilai sosial yang cepat, seperti perubahan sikap terhadap isu-isu seperti gender, seksualitas, atau lingkungan hidup, dapat memicu konflik nilai dalam organisasi.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan yang tepat akan mendukung pembelajaran merdeka. Guru dapat memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih materi pembelajaran, metode belajar, dan cara mengevaluasi diri, dengan tetap memperhatikan potensi dan kebutuhan masing-masing siswa. Memutuskan pembelajaran yang tepat untuk siswa yang berbeda-beda adalah tantangan yang kompleks. Namun, beberapa hal yang dapat kita lakukan antara lain:

  • Mengenal Siswa dengan melakukan berbagai bentuk asesmen untuk mengukur kemampuan, minat, dan gaya belajar siswa, Melakukan observasi dengan mengamati perilaku siswa dalam berbagai situasi pembelajaran. Melakukan wawancara dengan erbicara langsung dengan siswa untuk mengetahui harapan dan kesulitan mereka.
  • Mendesain Pembelajaran yang Fleksibel dengan menyediakan berbagai sumber belajar dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Memberikan siswa pilihan tugas yang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka. Membentuk kelompok belajar yang heterogen untuk mendorong saling belajar dan berbagi pengetahuan
  • Memberikan Umpan Balik yang Konstruktif Sesuai dengan Kemajuan Siswa dan Fokus pada Proses
  • Menciptakan Lingkungan Belajar yang Supportif

 

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran akan berdampak jangka panjang pada kehidupan siswa. Keputusan yang tepat dapat membuka peluang bagi siswa untuk meraih kesuksesan, sedangkan keputusan yang salah dapat membatasi potensi mereka.

 

10. Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Modul ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan bagi seorang pemimpin pembelajaran. Konsep-konsep seperti dilema etika, paradigma pengambilan keputusan, dan langkah-langkah pengambilan keputusan sangat membantu dalam menghadapi berbagai situasi kompleks di sekolah. Keterkaitan dengan Modul Sebelumnya yaitu:

  • Modul1.1 mengenalkan kita pada akar pendidikan di Indonesia. Nilai-nilai Pancasila dan pemikiran Ki Hajar Dewantara menjadi landasan bagi pengambilan keputusan di Modul 3.1. Keputusan yang diambil harus selaras dengan nilai-nilai luhur bangsa dan berorientasi pada pengembangan potensi peserta didik.
  • Modul 1.2  Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak memberikan landasan yang kuat bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang efektif. Dengan mengimplementasikan nilai-nilai kebajikan dalam pengambilan keputusan, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif, inklusif, dan berpusat pada peserta didik.
  • Modul 1.3 dan Modul 3.1 saling melengkapi dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Visi yang jelas dan nilai-nilai kebajikan yang kuat akan menjadi pedoman bagi guru penggerak dalam mengambil keputusan yang berdampak positif bagi peserta didik dan sekolah.
  • Modul 1.4 dan Modul 3.1 saling melengkapi dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Budaya positif yang kuat akan menjadi fondasi bagi pengambilan keputusan yang bernilai, dan sebaliknya, keputusan yang bernilai akan memperkuat budaya positif. Dengan mengintegrasikan kedua modul ini, guru penggerak dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, inklusif, dan berpusat pada murid.
  • Modul 2.1 dan Modul 3.1 saling melengkapi dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan belajar murid akan membantu guru dalam mengambil keputusan yang tepat dan bernilai. Sebaliknya, pengambilan keputusan yang berbasis nilai-nilai kebajikan akan semakin meningkatkan kualitas pembelajaran dan memenuhi kebutuhan murid.
  • Modul 2.2 dan Modul 3.1 saling melengkapi dan mendukung satu sama lain dalam membentuk karakter peserta didik yang holistik. Dengan menggabungkan kedua modul ini, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif dan membekali peserta didik dengan keterampilan hidup yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan di masa depan.
  •  Modul 2.3 dan 3.1 dalam Pendidikan Guru Penggerak memiliki keterkaitan yang sangat erat, terutama dalam konteks pengembangan profesionalisme guru dan peningkatan kualitas pembelajaran. Keduanya saling melengkapi dan mendukung dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif dan berpusat pada murid.

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Setelah mempelajari modul ini, saya menjadi lebih sadar akan pentingnya nilai-nilai etika dalam setiap keputusan yang saya ambil. Saya juga lebih terlatih dalam menganalisis situasi, menimbang berbagai alternatif, dan memilih keputusan yang paling tepat. Pemahaman saya tentang masing-masing konsep yaitu Dilema etika adalah situasi di mana seseorang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama memiliki konsekuensi moral yang sulit sedangkan bujukan moral adalah upaya mempengaruhi seseorang untuk mengambil keputusan tertentu berdasarkan alasan moral.

 4 Paradigma Pengambilan Keputusan:

  • Individu lawan kelompok (individual vs community)
  • Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  • Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  • Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

3 Prinsip Pengambilan Keputusan:

  • Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

 

9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

  • Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
  • Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
  • Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
  • Pengujian benar atau salah
  •  Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
  • Melakukan Prinsip Resolusi
  • Investigasi Opsi Trilema
  • Buat Keputusan

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini saya pernah menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dalam situasi moral dilema. Bedanya ketika sebelum saya mempelajari modul 3.1 ini dalam pengambilan keputusan saya belum mengetahui paradigma dan prinsip dalam mengambil keputusan kendatipun salah satu prinsip dan paradigma secara tidak sadar telah saya lakukan hanya saja belum melakukan 9 langkah dalam pengambilan dan pengujian keputusan.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Mempelajari konsep nilai-nilai kebajikan dalam pengambilan keputusan memberikan dampak yang signifikan bagi saya pribadi. Perubahan yang terjadi dalam cara saya mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran sebelum mempelajari modul saya cenderung mengikuti aturan dan prosedur yang sudah ditetapkan tanpa banyak mempertimbangkan konteks dan nilai-nilai yang lebih dalam sedangkan sesudah mempelajari modul saya lebih mampu menempatkan diri pada posisi siswa dan memahami perasaan mereka.

 14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Modul 3.1 ini memiliki peran yang sangat krusial, baik bagi guru sebagai individu maupun sebagai pemimpin pembelajaran. Pentingnya mempelajari modul ini secara individu yaitu:

  • Modul ini membantu guru untuk lebih memahami diri sendiri, nilai-nilai yang diyakini, dan bagaimana nilai-nilai tersebut mempengaruhi pengambilan keputusan dalam konteks profesi.
  •  Dengan mempelajari modul ini, guru dapat meningkatkan integritas dan kredibilitasnya sebagai seorang pendidik.

Sedangkan sebagai pemimpin yaitu:

  • Modul ini melatih guru untuk mengambil keputusan yang lebih baik, yang tidak hanya berdampak pada dirinya sendiri, tetapi juga pada siswa, rekan sejawat, dan sekolah secara keseluruhan.
  • Dengan menerapkan nilai-nilai kebajikan dalam pengambilan keputusan, guru dapat berkontribusi dalam membangun budaya sekolah yang positif, inklusif, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Kesimpulan

Modul 3.1 PGP memberikan bekal yang sangat berharga bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang efektif. Dengan memahami konsep-konsep pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan, guru dapat membuat keputusan yang bijaksana dan bertanggung jawab, sehingga dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mendukung pertumbuhan siswa.

 

 


Continue reading Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Kompas Dalam Pengambilan Keputusan Pendidikan