17 Oktober 2024

Mulai Dari Diri Sendiri Modul 3.1

 


Beban dan amanah kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting. Tugas saya dalam pendidikan adalah melakukan yang terbaik.  Apa yang diinginkan kadang-kadang belum tentu  itu yang terbaik. Dan untuk membuat perubahan, apalagi perubahan yang transformational, pasti ada kritik.  Sebelum mengambil keputusan, tanyakan, apakah yang kita lakukan berdampak pada peningkatan pembelajaran murid? (Nadiem Makarim, 2020)

Menurut Bapak dan Ibu, Kira-kira apa maksud dari kutipan Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi tersebut?

Kutipan Menteri Nadiem Makarim di atas memberikan kita sebuah refleksi mendalam tentang peran seorang pemimpin pendidikan, khususnya dalam konteks perubahan dan inovasi. 

Bagaimana situasi di lingkungan Anda sendiri, adakah nilai-nilai kebajikan yang dijunjung tinggi di tempat Anda bekerja, atau tinggal? Ceritakan pengalaman Anda Anda bagaimana nilai-nilai kebajikan tersebut telah membentuk diri Anda terutama dalam mengambil suatu keputusan?

Nilai-nilai kebajikan yang dijunjung tinggi di  tempat kami bekerja adalah kekeluargaan, gotong royong dan kolaborasi.

Suatu ketika, saya dihadapkan pada situasi di mana seorang siswa mengalami kesulitan belajar. Sebagai seorang guru, saya merasa bertanggung jawab untuk membantu siswa tersebut. Namun, saya juga menyadari bahwa saya tidak dapat mengatasi masalah ini sendirian.

Dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan yang telah saya internalisasi, saya memutuskan untuk melibatkan beberapa pihak, yaitu:

  • Saya berkomunikasi dengan orang tua siswa untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kesulitan yang dialami oleh anaknya di rumah.
  • Saya berdiskusi dengan rekan guru yang mengajar mata pelajaran lain untuk mencari tahu apakah siswa tersebut juga mengalami kesulitan di mata pelajaran lain.

Apakah Anda pernah mengalami atau melihat suatu pengambilan keputusan serupa studi kasus yang ditanyakan di atas, di mana ada dua kepentingan saling berbenturan? Ceritakan bagaimana pengalaman Anda sendiri di sekolah asal Anda. Apa yang Anda lakukan pada waktu itu, mengapa?

Pernah, saya dihadapkan pada dilema yang cukup menguras pikiran. Seorang siswa di kelas saya, sebut saja Andi, memiliki catatan kehadiran yang buruk dan seringkali tidak mengumpulkan tugas. Saat itu, menjelang penutupan semester, saya harus membuat keputusan yang sulit: apakah akan memberikan nilai yang sesuai dengan prestasinya, atau memberikan nilai KKM dengan konsekuensi yang telah ditetapkan oleh sekolah?

Sebagai seorang guru, saya tentu ingin semua siswa saya berhasil. Namun, saya juga harus adil terhadap siswa lain yang telah bekerja keras. Di satu sisi, saya merasa kasihan pada Andi. Mungkin ada alasan di balik ketidakhadiran dan kesulitannya. Di sisi lain, saya juga harus mempertimbangkan dampak dari keputusan saya terhadap sistem penilaian yang berlaku di sekolah.

Pernahkah Anda setelah mengambil suatu keputusan, bertanya pada diri sendiri, "Apakah keputusan yang Anda ambil adalah keputusan yang tepat?" "Apakah seharusnya saya mengambil keputusan yang lain?" Kira-kira apa yang membuat Anda mempunyai pemikiran seperti itu? 

Pernah. Yang membuat saya mempunyai pemikiran seperti itu adalah apakah keputusan yang diambil itu sudah sesuai peraturan yang berlaku, dan bermanfaat bagi sebagian besar warga sekolah, terutama murid.

Pertanyaan-pertanyaan apa yang ingin Anda tanyakan pada sesi Pengambilan Keputusan berbasis Pemimpin Pembelajaran ini? Apa yang selama ini menjadi tantangan bagi Anda dalam mengambil suatu keputusan sebagai pemimpin pembelajaran?

1. Bagaimana langkah-langkah dalam mengambil keputusan yang tepat dan menguntungkan bagi semua pihak?
2. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan yang tepat ?
3. Ketika dalam mengambil keputusan di tengah dilema yang dihadapi, mana yang harus dipilih, kebenaran atau kebaikan?

Tantangan saya dalam mengambil suatu keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah sering ragu atas keputusan yang saya ambil, khawatir keputusan yang diambil tidak tepat.

Harapan-harapan apa saja yang Anda inginkan dengan mengikuti modul 3.1 (harapan dan manfaat untuk diri sendiri, murid dan sekolah) - Pengambilan Keputusan berbasis Pemimpin Pembelajaran? Apa yang ingin Anda capai setelah belajar tentang modul 3.1 ini?

Dengan mengikuti Modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan berbasis Pemimpin Pembelajaran, saya memiliki beberapa harapan yang kuat. Pertama, saya ingin lebih memahami proses pengambilan keputusan yang efektif sebagai pemimpin dalam konteks pendidikan. Dalam lingkungan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan mulai dari murid, orang tua, guru, hingga komunitas sekolah, penting bagi saya untuk dapat menavigasi perbedaan kepentingan dan perspektif.

 

 

 

Continue reading Mulai Dari Diri Sendiri Modul 3.1

05 Oktober 2024

,

Koneksi Antar Nateri Modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik

 


Tujuan Pembelajaran Khusus

CGP menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama pembelajaran pada modul 2.

 

Pertanyaan Pemantik?

Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosional?

Sebagai seorang coach di skeolah, peran saya adalah menjadi fasilitator, pembimbing dan pendukung bagi guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang efektif. Keterkaitan dengan materi paket modul 2, yaitu Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah saya membantu atau memfasilitasi guru memahami dan mengimplementasikan kedua pendekatan ini dalam pengelolaan kelas mereka. Pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan guru untuk menyesuaikan pembelajaran sesuai kebutuhan peserta didik yang beragam, sementara PSE menekankan pentingnya membangun keterampilan emosional dan sosial peserta didik. Peran saya memastikan bahwa guru mampu menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, merespon kebutuhan akademik dan emosional peserta didik secara seimbang sehingga terwujudnya kesejahteraan psikologis baik guru maupun peserta didik.

Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kopetensi sebagai pemimpin pembelajaran?

Keterampilan coaching sangat erat kaitannya dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran. Seorang pemimpin pembelajaran harus mampu memberikan bimbingan strategis, keterampilan coaching memungkinkan kita membantu guru mengidentifikasi pengembangan kompetensi mereka dan merancang langkah-langkah peningkatannya. Dalam pendekatan coaching substansinya adalah membangun hubungan dan kepercayaan. Sebagai coach, harus mampu membangun hubungan yang kuat dengan guru sehingga akan menciptakan lingkungan yang mendukung kompetensi profesional, yang pada akhirnya meningkatkan kinerja dalam pembelajaran. Serta dengan coaching akan mengembangkan budaya refleksi, mendorong guru untuk terus merefleksikan praktik pembelajaran, mampu mengidentifikasi hambatan dan berinovasi dalam proses pembelajaran.

Kesimpulan

Pembelajaran Berdiferensiasi, Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE), dan Praktik Coaching merupakan tiga komponen saling terkait yang memiliki tujuan bersama: memaksimalkan potensi setiap siswa. Ketiga komponen ini membentuk suatu ekosistem pembelajaran yang dinamis, di mana:

  • Pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan guru untuk menyesuaikan pengajaran agar sesuai dengan kebutuhan, gaya belajar, dan minat yang beragam dari setiap siswa.
  • Pembelajaran sosial-emosional fokus pada pengembangan keterampilan sosial dan emosional siswa, sehingga mereka dapat belajar secara efektif dan membangun hubungan yang positif dengan orang lain.
  • Praktik coaching berperan sebagai katalisator yang memfasilitasi guru dalam mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi dan PSE. Melalui proses coaching, guru didorong untuk terus belajar, berefleksi, dan mengembangkan praktik terbaik.

 


 

Continue reading Koneksi Antar Nateri Modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik
,

Demontrasi Kontekstual Modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik

 


Demons kali  ini saya dibantu oleh Bu Intan dan Bu Padmi yang merupakan CGP dari Fasil yang berbeda. Kami  melaksanakan kegiatan praktik percakapan coaching ini menggunakan alur supervisi akademik untuk pengembangan kompetensi coaching. Pada kegiatan ini saya berperan  sebagai Supervisor, Bu Intan sebagai Coach dan  Bu Padmi sebagai Coachee. 

Pengalaman mempraktikkan coaching bersama CGP yang berbeda fasil ini  tentu pengalaman yang sangat berharga. Kami bertiga sama-sama tumbuh dan belajar dari setiap interaksi. Saya merasakan kepuasan saat melihat coachee menemukan solusi atas tantangan yang dihadapinya. Sebagai coachee, saya merasa terbantu untuk mendapatkan perspektif baru dan meningkatkan kesadaran diri. Sementara itu, sebagai observer, saya mengamati dinamika kelompok dan mendapatkan wawasan tentang bagaimana proses coaching yang efektif berlangsung. Melalui refleksi bersama setelah sesi, kami semakin memahami kekuatan dan kelemahan masing-masing, serta menemukan area yang perlu kami tingkatkan. Rekaman sesi ini akan menjadi referensi berharga bagi kami untuk terus mengembangkan kemampuan coaching di masa mendatang.




Continue reading Demontrasi Kontekstual Modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik
,

Ruang Kolaborasi Modul 2.3 Sesi Praktik

 


Pada Ruang Kolaborasi Sesi Praktik ini, Saya bersama bu Lucya  melakukan paktik percakapan coaching dengan alur TIRTA dengan ketentuan sebagai berikut:

  1. Kami secara bergantian, melakukan percakapan coaching dengan model TIRTA baik sebagai coach maupun sebagai coachee.
  2. Topik atau hal yang dijadikan bahan percakapan coaching  kami yaitu mengenai kurangngya keaktipan siswa dalam mengerjakan tugas.
  3. Memberikan refleksi masing-masing dengan format refleksi yang disediakan.

 

Refleksi dari latihan coaching

Apa yang sudah berjalan baik selama percakapan?

  • Saya dapat fokus dengan coachee, sehingga coachee leluasa dan bersifat terbuka
  • Saya telah memandu percakapan coachind berdasarkan alur TIRTA
  • Saya dapat mengajukan pertanyaan yang berbobot dan mendengarkan dengan aktif
  • Saya dapat menggali potensi yang dimiliki coache dan mengarahkannya untuk menemukan ide-ide pemecahan maslah.

 Apa yang masih perlu diperbaiki/ditingkatkan?

  • Hal yang perlu saya tingkatkan yaitu berlatih mendengarkan dengan RASA terkhusus pada saat mengapresiasi coachee dalam mengungkapkan kendala maupun solusi yang akan ditindaklanjuti

Apa yang Bpk/ibu lakukan untuk tetap dalam kondisi presence (kehadiran penuh) sebelum dan saat melakukan coaching?

  • Memberikan perhatian penuh pada coachee. dengan menatap dengan serius. Hindari gangguan dari ponsel atau pikiran lain.
  • Mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan coachee, baik verbal maupun nonverbal.
  • Memberikan umpan balik yang berfokus pada kekuatan dan area pengembangan coachee.

 

 


Continue reading Ruang Kolaborasi Modul 2.3 Sesi Praktik
,

Ruang Kolaborasi Modul 2.3 Sesi 1

 


Setelah CGP memahami konsep coaching dalam konteks pendidikan, komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar coaching, Percakapan coaching dengan alur TIRTA dan supervisi akademik yang menggunakan paradigma berpikir coaching baik melalui pembelajaran mandiri dan diskusi. Maka proses selanjutnya kegiatan berkolaborasi dengan rekan Calon Guru Penggerak lainnya untuk membentuk  komunitas praktisi secara daring.

Adapun tujuan pembelajaran pada Rukol modul 2.3 ini ini yakni CGP dapat membentuk komunitas praktisi dengan sesama CGP untuk berlatih melakukan praktik percakapan coaching dengan alur TIRTA. Pada kegiatan Rukol ini kami dibagi kami ke dalam empat kelompok. 

Ruang Kolabroasi Modul 2.3 sesi diskusi sedikit berbeda untuk saya pribadi. Pada saat kegiatan saya sedang melaksanakan ibadah umroh. Akan tetapi tugas kegiatan Rukol dapat berjalan dengan lancar. Pada kegiatan praktik coaching saya di bantu oeh Ibu Lucya.

Pada sesi latihan ini, Saya bersama Bu Lucya  berlatih percakapan coaching dengan alur TIRTA dengan ketentuan sebagai berikut:

  1. Secara bergantian, sepasang CGP akan berlatih percakapan coaching dengan model TIRTA baik sebagai coach maupun sebagai coachee. Pada sesi 1, CGP X akan menjadi coach bagi CGP Y. Berikutnya, CGP Y akan menjadi coach bagi CGP X.
  2. Topik atau hal yang akan dijadikan bahan percakapan coaching bisa merupakan situasi sehari-hari baik sebagai seorang guru maupun pribadi. Bahkan, bisa merupakan topik yang sangat sederhana.
  3. Pastikan langkah-langkah dalam percakapan coaching alur TIRTA dalam berlatih percakapan coaching dipraktikkan dengan baik
  4. Setelah bergantian berlatih mempraktikkan percakapan coaching, setiap CGP akan memberikan refleksinya masing-masing dengan format refleksi yang disediakan.


Continue reading Ruang Kolaborasi Modul 2.3 Sesi 1

01 Oktober 2024

,

Elaborasi Pemahaman Modul 2.3

 


Coaching dalam Supervisi Akademik

Elaborasi pemahaman kali ini  secara mendalam membahas konsep coaching dalam konteks supervisi akademik. Instruktur menyoroti pentingnya peran seorang coach dalam membantu individu, khususnya pendidik, untuk menggali potensi diri, mengembangkan diri, dan mencapai tujuan profesional.

Poin-poin penting yang dibahas meliputi:

  • Paradigma berpikir coaching: Instruktur menjelaskan perbedaan antara coaching, konsultasi, dan evaluasi. Coaching menekankan pada pengaktifan potensi diri individu melalui pertanyaan-pertanyaan yang bermakna dan pendampingan yang suportif.
  • Kompetensi inti coaching: Present, mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot adalah tiga kompetensi utama yang harus dimiliki seorang coach.
  • Alur percakapan coaching:  Menyajikan alur percakapan coaching yang efektif, mulai dari perencanaan hingga refleksi.
  • Peran coaching dalam supervisi akademik: Coaching dapat digunakan untuk membantu pendidik dalam berbagai aspek, seperti perencanaan pembelajaran, pemecahan masalah, dan pengembangan diri.
  • Pentingnya kesadaran diri: Seorang coach harus memiliki kesadaran diri yang kuat untuk dapat menciptakan suasana yang kondusif bagi coaching dan memberikan respons yang tepat terhadap klien.

Tujuan utama dari coaching ini adalah:

  • Memberikan pemahaman yang komprehensif tentang coaching.
  • Menunjukkan bagaimana coaching dapat diterapkan dalam konteks supervisi akademik.
  • Membekali peserta pelatihan dengan keterampilan coaching yang diperlukan.

Coaching adalah sebuah proses yang powerful untuk membantu individu mencapai potensi maksimalnya. Dengan menerapkan prinsip-prinsip coaching, pendidik dapat menjadi lebih efektif dalam menjalankan tugasnya dan berkontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan.


Continue reading Elaborasi Pemahaman Modul 2.3
,

Eksplorasi Konsep Modul 2.3

 


Tuliskan elemen-elemen penting dari coaching yang dapat diambil dari beberapa definisi coaching yang telah disajikan!

Your answer:

Elemen-elemen penting dari coaching yang telah disajikan yaitu kolaboratif antara coaching dan coachee, memaksimalkan potensi coachee dengan tujuan untuk menjadi  lebih baik, memfasilitasi  pengembangan diri dan peningkatan performa kerja. Perlu kolaborasi antar coach dan coachee untuk menemukan solusi dari masalah. Coach memiliki peran sebagai fasilitator yang akan menawarkan alternatif penyelesaian bagi coachee. Namun keputusan tetap ada di coachee, coaching merupakan suatu alat yang digunakan untuk membantu coachee. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar dari pada mengajarinya.

Sebagai guru, pernahkah Anda menerapkan prinsip-prinsip coaching tersebut di sekolah Anda baik kepada murid maupun rekan sejawat Anda? Jika jawaban anda "ya", berilah contoh dan penjelasannya!

Your answer:

Coaching pernah saya lakukan di sekolah saya, baik dengan murid maupun dengan rekan sejawat. Coaching pada murid yaitu Ketika membimbing murid dalam membina lomba-lomba yang diikuti, menggali ide dan potensi murid sehingga mereka siap untuk mengikuti lomba. Kemudian coaching yang pernah saya lakukan dengan rekan sejawat yaitu mengajarkan dan mengarahkan rekan sejawat dalam menggunakan  aplikasi  raport dan ekinerja serta aplikasi lain yang dapat mendukung proses pembelajaran.

Setelah membaca definisi-definisi mengenai mentoring, konseling, fasilitasi dan training, tuliskan yang Anda ketahui mengenai mentoring, coaching, konseling, training dan fasilitasi.

Your answer:

Mentoring adalah kegiatan dimana sesorang memberikan solusi dari masalah berdasarkan pengalaman yang telah dilalui baik untuk mengatasi atau mencegah. Coaching dimana lebih kepada membantu seseorang untuk belajar dari pada mengajarinya. Konseling terdapat kontak langsung dengan individu yang tujuannya memberikan bantuan dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.Training usaha terncana untuk memfasilitasi tentang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan keahlian dan perilaku para pegawai. Fasilitasi adalah proses dimana sesorang dapat diterima oleh seluruh anggota kelompok memperbaiki cara-cara mengidentifikasi dan menyelesaikan berbagai masalah, serta membuat keputusan, agar bisa meningkatkan efektivitas kelompok itu.

Dalam berinteraksi di sekolah, ceritakan pengalaman Anda ketika berperan sebagai coach, mentor, konselor, fasilitator, dan trainer.

Your answer:

Sebagai seorang guru, saya tentunya pernah berperan sebagai coach, mentor, konselor, fasilitator, dan trainer. Berikut adalah beberapa contoh pengalaman saya dalam peran-peran tersebut:

1. Coach: saya pernah menjadi coach bagi siswa yang mengalami kesulitan menyelesaikan tugas-tugas. Saya membantu siswa tersebut untuk menetapkan tujuan belajar mereka, memberikan dukungan dan bimbingan, dan memberikan umpan balik tentang kinerja mereka.

2. Mentor: saya pernah menjadi mentor bagi seorang siswa yang baru saja pindah ke sekolah saya. Saya membantu siswa tersebut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah barunya, membantu siswa tersebut mengatasi masalah-masalah yang dihadapi sehingga ia mampu menyesuaikan dirinya.

3. Konselor: saya pernah menjadi konselor bagi seorang siswa yang mengalami masalah keluarga. Saya mendengarkan cerita siswa tersebut, memberikan dukungan dan bimbingan, dan membantu siswa tersebut untuk mencari solusi atas masalahnya. 

4. Fasilitator: saya pernah menjadi fasilitator dalam sebuah diskusi kelompok tentang kiat sukses menjadi seorang guru inspiratif. Saya membantu peserta diskusi untuk tetap fokus pada tujuan diskusi, memastikan bahwa semua peserta memiliki kesempatan untuk berpartisipasi, dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar dan berbagi. 

5. Trainer: saya pernah menjadi trainer dalam sebuah pelatihan tentang keterampilan mengajar. Saya memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta pelatihan tentang cara mengajar yang efektif. 

 

Continue reading Eksplorasi Konsep Modul 2.3