26 Agustus 2024

,

Eksplorasi Konsep - Modul 2.1

 

  1. Menurut Anda, apakah strategi yang dilakukan oleh Ibu Renjana tepat? Jika ya, mengapa? Jika tidak, mengapa?
  2. Apakah ada alternatif lain yang dapat dilakukan oleh Ibu Renjana? 
  3. Jika Anda adalah Ibu Renjana, apakah yang akan Anda lakukan? Jelaskanlah mengapa Anda melakukan hal tersebut?

 

  1. Strategi yang dilakukan Ibu Renjana memiliki niat yang baik memiliki sisi positf siswa yang sudah selesai tidak akan merasa bosan dan mengganggu teman-temannya, namun juga memiliki sisi negatif memberikan tugas tambahan yang jauh lebih banyak (25 soal dibandingkan 15 soal) dapat membuat ketiga siswa merasa terbebani dan kurang adil dibandingkan teman-temannya. Namun belum tepat karena perlu adanya penyesuaian agar lebih efektif. Ibu Renjana perlu memperhatikan perbedaan individu masing-masing siswa dan memberikan tugas yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan mereka. Dengan demikian, semua siswa dapat belajar secara optimal dan merasa dihargai.
  2. Ibu Renjana memiliki beberapa alternatif lain yang dapat dilakukan selain memberikan lembar kerja tambahan dengan jumlah soal yang jauh lebih banyak. Berikut beberapa alternatif yang bisa dipertimbangkan
  • Menawarkan Tantangan yang Lebih Komplek: Sebagai contoh memberikan soal cerita yang berkaitan dengan materi perkalian dapat membuat siswa berpikir          lebih kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah.
  • Membentuk Kelompok Belajar: Membentuk kelompok kecil agar siswa yang sudah selesai dapat saling berdiskusi dan membantu teman       sebayanya yang masih kesulitan.
  • Memberikan Tugas Proyek: Memberikan tugas proyek yang berkaitan dengan perkalian, seperti membuat poster atau presentasi tentang kegunaan perkalian dalam kehidupan sehari-hari.
  1. Jika saya adalah Ibu Renjana, hal yang akan saya lakukan yaitu mengamati dengan seksama bagaimana ketiga siswa tersebut menyelesaikan soal-soal perkalian. Apakah mereka benar-benar sudah menguasai konsep atau hanya cepat karena terbiasa dengan tipe soal yang sama? Kemudian Saya akan mencoba mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan masing-masing siswa dalam mengerjakan soal perkalian. Hal ini penting untuk memberikan tugas tambahan yang sesuai dengan tingkat kesulitan yang tepat. Dengan mengamati proses pengerjaan dan mengidentifikasi kekuatan serta kelemahan siswa, saya dapat memberikan tugas tambahan yang lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan individu masing-masing siswa.

Pembelajaran berdiferensiasi seringkali disalah pahami sebagai memberikan tugas yang berbeda-beda pada setiap siswa tanpa adanya struktur yang jelas. Padahal, inti dari pembelajar berdiferensiasi adalah menciptakan lingkungan belajar yang fleksibel dan responsif terhadap kebutuhan individual setiap siswa. Pembelajaran berdiferensiasi adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengakui bahwa setiap siswa memiliki gaya belajar, minat, dan kemampuan yang berbeda-beda dimana tujuannya untuk memberikan semua siswa kesempatan belajar secara optimal dengan cara yang paling sesuai dengan mereka.

 

  1. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan pembelajaran berdiferensiasi!
  2. Mengapa kita perlu mengidentifikasi kebutuhan belajar murid?
  3. Sebagai guru, apa yang dapat kita lakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar murid-murid kita? Apa saja yang perlu dipertimbangkan?
  1. Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:
  • Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. 
  • Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya
  • Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi.
  • Manajemen kelas yang efektif. 
  • Penilaian berkelanjutan.              
  1. Mengidentifikasi kebutuhan belajar murid adalah langkah krusial dalam menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan bermakna. Setiap siswa memiliki gaya belajar, kecepatan belajar, dan minat yang berbeda-beda. Dengan mengidentifikasi kebutuhan mereka, kita dapat menyajikan materi pembelajaran dengan cara yang paling sesuai dan menarik bagi masing-masing siswa. Ketika siswa merasa kebutuhan belajar mereka terpenuhi dan materi pembelajaran relevan dengan minat mereka, motivasi belajar mereka akan meningkat. Mereka akan lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan merasa lebih percaya diri. Setiap siswa memiliki potensi yang unik. Dengan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa, kita dapat membantu mereka mengembangkan potensi tersebut secara optimal.
  2. Sebagai seorang guru, mengidentifikasi kebutuhan belajar murid adalah langkah awal yang sangat penting untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan bermakna. Berikut adalah beberapa hal yang dapat guru lakukan dan pertimbangkan:
  • mengamati perilaku murid-murid mereka;
  • mencari tahu pengetahuan awal yang dimiliki oleh murid terkait dengan topik  yang akan dipelajari;
  • melakukan penilaian untuk menentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka saat ini, dan kemudian mencatat kebutuhan yang diungkapkan oleh informasi yang diperoleh dari proses penilaian tersebut;
  • mendiskusikan kebutuhan murid  dengan orang tua atau wali murid;
  • mengamati murid ketika mereka sedang menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas;
  • bertanya atau mendiskusikan permasalahan dengan murid;
  • membaca rapor murid dari kelas mereka sebelumnya untuk melihat komentar dari guru-guru sebelumnya atau melihat pencapaian murid sebelumnya;
  • berbicara dengan guru murid sebelumnya;
  • membandingkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan tingkat pengetahuan atau keterampilan yang ditunjukkan oleh murid saat ini;
  • menggunakan berbagai penilaian diagnostik untuk memastikan bahwa murid telah berada dalam level yang  sesuai;
  • melakukan survey untuk mengetahui kebutuhan belajar murid;
  • mereview dan melakukan refleksi terhadap praktik pengajaran mereka sendiri untuk mengetahui efektivitas pembelajaran mereka;

 

Continue reading Eksplorasi Konsep - Modul 2.1
,

Mulai dari Diri - Modul 2.1

 


Mulai dari Diri - Modul 2.1 pada modul ini CGP Membuat Refleksi Individu  dengan membayangkan kelas yang saat ini CGP ampu dengan segala keragaman murid-murid dengan menjawab pertanyaan di bawah ini.

Apa yang telah Anda lakukan untuk melayani kemampuan murid yang berbeda? Apa yang Anda lakukan untuk membuat proses pembelajaran menjadi lebih mudah untuk murid Anda? Apakah ada perlakuan yang berbeda yang Anda lakukan?  Jika ada, perlakuan seperti apa? Jika tidak ada, apa dampaknya terhadap murid Anda?

Your answer:

Kelas yang saat ini saya ampu dengan segala keragaman murid Untuk melayai kemampuan murid saya melakukan tes diagnostik awal untuk mengetahui kemampuan yang mereka miliki. Perlakuan  berbeda yang saya lakukan  membuat kelompok kecil dengan kemampuan yang sama untuk memberikan perhatian yang lebih khusus. Dalam  menyajikan materi saya menggunakan  teks, gambar, video, atau simulasi, agar mudah dipahami oleh siswa

 

Sebutkan tantangan-tantangan yang Anda hadapi dalam proses pembelajaran di kelas yang disebabkan oleh keragaman murid-murid Anda tersebut? Tindakan-tindakan apa yang telah Anda lakukan untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut?

Your answer:

 Tantangan-tantangan yang saya hadapi dalam proses pembelajaran di kelas yang disebabkan oleh keragaman murid-murid yaitu menyesuaikan metode pengajaran agar semua gaya belajar terakomodasi, menemukan materi yang sesuai untuk semua tingkat kemampuan tanpa membuat siswa yang lebih cepat bosan atau yang lebih lambat merasa tertinggal adalah tantangan tersendiri.

Tindakan-tindakan apa yang telah saya lakukan untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut?

Melakukan penilaian awal untuk mengetahui kemampuan, minat, dan gaya belajar masing-masing siswa.

  • Menyediakan berbagai sumber belajar dengan tingkat kesulitan yang berbeda.
  • Memberikan tugas yang disesuaikan dengan kemampuan dan minat siswa.
  • Menggunakan berbagai metode pengajaran yang menarik dan interaktif.
  • Memanfaatkan berbagai aplikasi pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

·         Menurut Anda, untuk mengakomodasi tantangan yang terkait dengan keragaman murid tersebut, bagaimana seharusnya pembelajaran itu dirancang, dilaksanakan, dan dievaluasi?

·         Your answer:

·         Menurut saya, untuk mengakomodasi tantangan yang terkait dengan keragaman murid tersebut, bagaimana seharusnya pembelajaran itu dirancang, dilaksanakan, dan dievaluasi?

·         Yang pertama yaitu menganalisis kebutuhan dengan melakukan tes awal kemudian memilih materi yang relevan dengan kehidupan siswa dan konteks budaya mereka. Menyajikan materi dalam berbagai bentuk (teks, gambar, video, simulasi) untuk mengakomodasi berbagai gaya belajar.  Mendesain kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Menggunakan berbagai bentuk penilaian (tes tertulis, proyek, presentasi, portofolio) untuk mengukur berbagai aspek kemampuan siswa.

 

Continue reading Mulai dari Diri - Modul 2.1

23 Agustus 2024

,

Aksi Nyata Modul 1.4 Menyebarkan Pemahaman Dan Penerapan Pengalaman Budaya Positif

 


Pada kegiatan Aksi Nyata Modul 1.4 ini saya melakukan diseminasi Menyebarkan Pemahaman Dan Penerapan Pengalaman Budaya Positif kepada rekan guru di SMP Negeri 2 Mendoyo pada hari Selasa, 20 Agustus 2024. Ada 8 konsep inti Budaya Positif yang saya sampaikan yaitu:

  1. Perubahan Paradigma Positif
  2. Disiplin Positif
  3. Nilai-Nilai Kebajikan
  4. Kebutuhan Dasar Manusia
  5. Motivasi Prilaku Manusia
  6. Posisi Kontrol Guru
  7. Keyakinan Kelas
  8. Segitiga Restitusi

Saya mengawali diseminasi ini dengan pertanyaan pemantik apakah Ibu/ Bpk guru yang mengikuti kegiatan diseminasi setuju dengan pernyataan di bawah ini.

  1. Hukuman dapat mendisiplan anak?
  2. Pemberian hukuman dengan hal positif seperti membaca atau membersihka halaman sekolah dapat meningkatkan disiplin anak ?
  3. Memberi penghargaan dapat meningkatkan motivasi belajar anak?

Dari pertanyaan pemantik diatas sebagian besar menjawab tidak setuju untuk pertanyaan pertama, setuju untuk pertanyaan kedua dan ada yang setuju dan tidak setuju untuk pertanyaan ketiga.

PEMBELAJARAN DENGAN PARADIGMA BARU

Pembelajaran dengan paradigma baru menandakan sebuah pergeseran besar dalam cara kita memandang dan melaksanakan proses belajar. Pembelajaran dirancang berdasarkan prinsip pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran yang berpusat kepada siswa berdasarkan tahap perkembangan sesuai teori psikologi modern untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila

Perubahan Paradigma

  • Guru sebagai pengontrol diubah menjadi Guru sebagai fasilitator
  • Semua penguatan positif efektif dan bermanfaat Pembiasaan
  • Kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan komunitas  Memberikan kebebasan berpendapat dan menghargai setiap hasil capaiannya
  • Orang dewasa memiliki hak untuk memaksa Kesepakatan bersama

DISIPLIN POSITIF

Disiplin positif merupakan salah satu cara penerapan disiplin yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran serta memberdayakan peserta didik tanpa imbalan penghargaan/reward, ancaman atau hukuman.

NILAI-NILAI KEBAJIKAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal yang mutlak diperlukan oleh setiap individu untuk bertahan hidup dan berkembang. Kebutuhan ini bisa bersifat fisik (biologis) maupun psikologis.

  • Bertahan hidup yaitu kebutuhan yang bersifat fisiologis seperti makanan, pakaian, tempat inggal
  • Kasih sayang dan rasa diterima yaitu kebutuhan akan hubungan dan koneksi sosial
  • Kesenangan yaitu kebutuhan untuk mencari kesenangan, bermain, dan tertawa
  • Kebebasan yaitu kebutuhan akan kemandirian, otonomi, memiliki pilihan dan mampu mengendalikan arah hidup seseorang
  • Penguasaan yaitu Kebutuhan ini meliputi keinginan untuk dianggap berharga, dihargai, diakui prestasinya

Contoh Kasus

Ibu Nita, guru wali kelas  IXC  di SMP Negeri 2 Mendoyo, sedang bingung menghadapi ulah salah satu murid di kelasnya, Doni.  Beberapa anak di kelas IXC telah datang padanya dan mengeluhkan Doni yang seringkali meminta bekal makan siang mereka dengan paksa. Jika Anda menghadapi situasi seperti Ibu Nita, apa yang akan Anda lakukan? Menurut Anda, kira-kira apa alasan Doni melakukan hal itu?

Alternatif Jawaban Doni:

  • Ia lapar dan orangtuanya tidak membawakannya bekal makan siang.
  • Dia merasa senang temannya jadi memperhatikan dia.
  • Dia merasa hebat karena temannya jadi takut dengan dia dan menuruti keinginannya
  • Dia merasa bosan dengan bekal makanan yang dibawakan ibunya dari rumah, karena ibunya selalu membawakan bekal yang sama, oleh karena itu dia ingin mencoba makanan teman-temannya yang beraneka ragam.
  • Ia melakukannya karena iseng saja dan ia menikmati ekspresi wajah teman-temannya yang kesal karena diambil makanannya.

MOTIVASI PRILAKU MANUSIA


HUKUMAN DAN KONSEKUENSI

Hukuman identik dengan cara untuk mewujudkan kontrol terhadap perilaku seseorang agar sesuai dengan apa yang kitainginkan. MIsalkan ketika siswa tidak mengerjakan PR maka kita memintanya berdiri di depan kelas agar tidakmengulangi lagi perbuatannya.

Konsekuensi adalah dampak yang harusdi terima dari sebuah tindakan. Misalnya ketika siswa merusak buku milik temannya maka ia diharuskan untuk menggantinya.



Perbedaan Hukuman, Konsekuensi dan Restitusi

  • Hukuman Guru menghukum murid menghormati bendera selama 20 menit
  • Guru marah-marah dan membuat murid takut

Konsekuensi

  • Guru memberikan kosekuensi untuk mengerjakan tugasnya saat jam istirahat atau dikerjakan sebanyak 3x lipat.
  • Guru tegas dan murid menghormati peraturan

Restitusi

  • Guru menanyakan keyakinan kelas/dirinya dan membantu murid menyelesaikan masalahnya.
  • Guru terbuka dan murid menghormati dirinya dan orang lain.

LIMA POSISI KONTROL 



Penghukum

Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun verbal. Orang-orang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi. Guru-guru yang menerapkan posisi penghukum akan berkata:

“Patuhi aturan saya, atau awas!”

“Kamu selalu saja salah!”

“Selalu, pasti selalu yang terakhir selesai”

Guru seperti ini senantiasa percaya hanya ada satu cara agar pembelajaran bisa berhasil, yaitu cara dia.

Pembuat Merasa Bersalah

Pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut. Pembuat rasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri. Kata-kata yang keluar dengan lembut akan seperti:

“Ibu sangat kecewa sekali dengan kamu”

“Berapa kali Bapak harus memberitahu kamu ya?”

“Gimana coba, kalau orang tua kamu tahu kamu berbuat begini?”

Di posisi ini murid akan memiliki penilaian diri yang buruk tentang diri mereka, murid merasa tidak berharga, dan telah mengecewakan orang-orang disayanginya.

Teman

Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif. Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru di posisi teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang. Mereka akan berkata:

“Ayo bantulah, demi bapak ya?”

“Ayo ingat tidak bantuan Bapak selama ini?”

“Ya sudah kali ini tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu bereskan”.

Hal negatif dari posisi teman adalah bila suatu saat guru tersebut tidak membantu maka murid akan kecewa dan berkata, “Saya pikir bapak/Ibu teman saya”. Murid merasa dikecewakan, dan tidak mau lagi berusaha. Hal lain yang mungkin timbul adalah murid hanya akan bertindak untuk guru tertentu, dan tidak untuk guru lainnya. Murid akan tergantung pada guru tersebut.

Pemantau

Memantau berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada peraturan-peraturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang menjalankan posisi pemantau. Pertanyaan yang diajukan seorang pemantau:

“Peraturannya apa?”

“Apa yang telah kamu lakukan?”

“Sanksi atau konsekuensinya apa?”

Seorang pemantau sangat mengandalkan penghitungan, catatan, data yang dapat digunakan sebagai bukti atas perilaku seseorang. Posisi ini akan menggunakan stiker, slip catatan, daftar cek. Posisi pemantau sendiri berawal dari teori stimulus-respon, yang menunjukkan tanggung jawab guru dalam mengontrol murid.

Manajer

Posisi terakhir, Manajer, adalah posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer telah memiliki keterampilan di posisi teman maupun pemantau, dan dengan demikian, bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada kedua posisi tersebut bila diperlukan. Namun bila kita menginginkan murid-murid kita menjadi manusia yang merdeka, mandiri dan bertanggung jawab, maka kita perlu mengacu kepada Restitusi yang dapat menjadikan murid kita seorang manajer bagi dirinya sendiri.  Di manajer, murid diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain. Disini penekanan bukan pada kemampuan membuat konsekuensi, namun dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada. Seorang manajer akan berkata
“Apa yang kita yakini?” (kembali ke keyakinan kelas)

“Apakah kamu meyakininya?”

“Jika kamu meyakininya, apakah kamu bersedia memperbaikinya?”
“Jika kamu memperbaiki ini, hal ini menunjukkan apa tentang dirimu?”

“Apa rencana kamu untuk memperbaiki hal ini?”

Tugas seorang manajer bukan untuk mengatur perilaku seseorang. Kita membimbing murid untuk dapat mengatur dirinya. Seorang manajer bukannya memisahkan murid dari kelompoknya, tapi mengembalikan murid tersebut ke kelompoknya dengan lebih baik dan kuat.

Bisa jadi dalam praktik penerapan disiplin sehari-hari, kita akan kembali ke posisi Teman atau Pemantau, karena murid yang ditangani belum siap diajak berdiskusi atau diundang melakukan restitusi. Namun perlu disadari tujuan akhir dari 5 posisi kontrol seorang guru adalah pencapaian posisi Manajer, di mana di posisi inilah murid dapat menjadi pribadi yang mandiri, merdeka, dan bertanggung jawab atas segala perilaku dan sikapnya, yang pada akhirnya dapat menciptakan lingkungan yang positif, nyaman, dan aman.

 
KEYAKINAN KELAS

  • Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebihrinci dan konkrit. Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
  • Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
  • Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.
  • Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut.
  • Semuawarga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat.
  • Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.
  • Pembentukan keyakinan kelas


Refleksi Keyakinan Kelas

  • Kurangnya Partisipasi Siswa
  • Siswa mungkin merasa tidak nyaman untuk berbicara, takut salah, atau tidak tertarik dengan proses pembuatan keyakinan kelas.
  • Perbedaan pendapat yang signifikan
  • Setiap siswa memiliki latar belakang dan nilai yang berbeda-beda, sehingga sulit untuk mencapai kesepakatan.
  • Kurangnya komitmen
  • Siswa mungkin tidak merasa memiliki kepemilikan terhadap keyakinan kelas yang telah dibuat.

Rencana Perbaikan

  • Ciptakan suasana kelas yang aman dan inklusif, berikan contoh yang jelas, dan dorong setiap siswa untuk memberikan masukan.
  • Fasilitasi diskusi dengan bijak, ajarkan siswa untuk menghargai perbedaan pendapat, dan cari titik temu yang bisa diterima semua pihak.
  • Libatkan siswa secara aktif dalam setiap tahap pembuatan keyakinan kelas, dan buat mereka merasa bahwa keyakinan tersebut adalah hasil kerja sama mereka.

RESTITUSI

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat.

Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka ingin menjadi (tujuan mulia), dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Gossen; 2004)

Menstabilkan Identitas

  • Berbuat salah itu tidak apa-apa.
  • Tidak ada manusia yang sempurna
  • Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.
  • Kita bisa menyelesaikan ini.
  • Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi Bapak/Ibu ingin mencari solusi dari permasalahan ini.
  • Kamu berhak merasa begitu.
  • Apakah kamu sedang menjadi teman yang baik buat dirimu sendiri?

Validasi Tindakan yang Salah

  • Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini ya?”
  • “Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu”
  • “Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu telah melindungi sesuatu yang penting buatmu”.
  • “Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap yang baru.”

Menanyakan Keyakinan

  • Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga?
  • Apa nilai-nilai umum yang kita telah sepakati?
  • Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal?
  • Kamu mau jadi orang yang seperti apa?

Refleksi Restitusi

  • Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting dalam menerapkan restitusi. Guru harus mampu mendengarkan penjelasan siswa, menyampaikan harapan, dan memberikan dukungan.
  • Ketika siswa merasa didengarkan dan dihargai, mereka akan lebih terbuka untuk menerima konsekuensi dari tindakan mereka.

Rencana Perbaikan dalam implementasi kedepannya

  • Memberikan dukungan emosional kepada siswa? Selain memberikan konsekuensi, disini  guru perlu memberikan dukungan emosional kepada siswa agar mereka tidak merasa terisolasi atau putus asa.
  • Menggali lebih dalam apakah tindakan restitusi yang diberikan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan siswa

Itulah materi yang saya sampaikan pada kegiatan diseminasi modul 1.4 untuk melihat kegiatan dalam video silahkan klik tautan dibawah ini.

 


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Continue reading Aksi Nyata Modul 1.4 Menyebarkan Pemahaman Dan Penerapan Pengalaman Budaya Positif

18 Agustus 2024

,

Koneksi Antar Materi - Modul 1.4



Pada tahap ini CGP diajak untuk meninjau ulang keseluruhan materi pembelajaran di paket Modul 1 dan membuat sebuah koneksi antar materi yang sudah dipelajari. CGP akan membuat sebuah kesimpulan dan refleksi yang disajikan dalam bentuk media informasi.

Buatlah sebuah kesimpulan mengenai peran Anda dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan  sekolah/kelas, segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak,  serta Visi Guru Penggerak. 

Sebagai Guru penggerak saya memiliki peran dalam membentuk lingkungan belajar yang positif dan kondusif. Dengan mengimplementasikan berbagai konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan kelas/sekolah, segitiga restitusi, dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak, serta Visi Guru Penggerak.sebagai Guru Penggerak harapan saya dapat menciptakan perubahan yang signifikan dalam budaya positif sekolah.

Budaya Positif

Budaya Positif adalah sebuah konsep yang mengacu pada pola-pola perilaku, nilai-nilai, norma-norma dan sikap-sikap yang mendukung pertumbuhan, perkembangan dan kesejahteraan individu atau kelompok. Budaya positif itu dapat diwujudkan melalui penerapan konsep-konsep inti, seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas dan segitiga restitusi dalam menyelesaikan sebuah permasalahan.

Disiplin Positif

Disiplin positif adalah suatu pendekatan untuk menerapkan disiplin dari dalam diri anak tanpa hukuman dan hadiah. Tujuan dari Disiplin Positif adalah untuk menanamkan motivasi kepada murid-murid, agar mereka menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Motivasi ini berasal dari diri murid (intrinsik) sehingga akan berdampak jangka panjang dan tidak akan berpengaruh dengan adanya hukuman dan hadiah.

Motivasi Prilaku Manusia

Motivasi prilaku manusia, motivasi intrinsic yaitu Menjadi orang yang diinginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang dipercaya. Motivasi ekstrinsik Menghindari ketidaknyamanan, mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain.

Lima Posisi Kontrol

Lima Posisi Kontrol : Penghukum, Pembuat merasa bersalah, teman, pemantau, manajer Diantara kelima posisi kontrol tersebut, seorang guru hendaknya menggunakan posisi kontrol sebagai Manager. Karena pada posisi ini mengacu pada restitusi yang mendorong murid untuk menjadi manager bagi dirinya sendiri sehingga tercipta identitas Positif berdasarkan motivasi intrinsiknya.

Keyakinan Kelas

Keyakinan Kelas Merupakan nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati secara tersirat dan tersurat, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa dan agama. Keyakinan kelas dibuat secara bersama-sama dengan seluruh murid, yang mempunyai nilai-nilai kebajikan yang dapat dipercaya.



Segitiga Restitusi

Segitiga Restitusi Guru yang berperan sebagai Manager, menerapkan Segitiga Restitusi dalam menyelesaikan masalah melalui tiga tahap. Dengan tujuan mengarahkan murid menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggungjawab.

Keterkaitan Budaya Positif dengan materi sebelumnya, yaitu: Filosofi Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak serta Visi Guru Penggerak.

Modul 1.1

Seorang guru harus mampu menghadirkan pembelajaran yang berpihak pada murid dan menuntun sesuai dengan kodrat murid

Modul 1.2

Guru juga perlu memahami nilai dan peran dirinya dalam mewujudkan pendidikan yang bermuara pada terciptanya karakter Profil Pelajar Pancasila.

Modul 1.3

Guru perlu memiliki visi agar bisa menjadi pendidik yang baik. Visi dapat tercapai bila terukur, konkrit dan sistematis. Sehingga guru perlu menggunakan pendekatan IA dan prakarsa perubahan melalui BAGJA.

Modul 1.4

Jika tahapan-tahapan BAGJA diimplementasikan, maka akan terbentuk Budaya Positif yang memunculkan lingkungan aman dan nyaman sehingga kemerdekaan murid terwujud dan tujuan pendidikan tercapai.

Sejauh mana pemahaman anda tentang konsep-konsep inti yang telah anda pelajari di modul ini. Yaitu disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk anda dan diluar dugaan?

Pemahaman saya tentang konsep-konsep inti yang saya pelajari dari modul ini yaitu pendidikan yang berpihak kepada anak. Guru bertugas mengayomi dan menuntun siswa. Salah satu cara membangun budaya positif dengan membuat keyakinan kelas bersama siswa. Ada 5 peran kontrol yang dilakukan guru, peran terbaik yang diharapkan sebagai manajer. Apabila siswa melakukan kesalahan, guru menggali terlebih dahulu kebutuhan dasar apa yang belum terpenuhi dan salah satu alternatif penyelesainnya lakukan dengan segitiga restitusi

Hal menarik bagi saya dan diluar dugaan yaitu menyelesaikan masalah yang dilakukan siswa dengan segitiga restitusi disini saya mulai memahami penyelesaian dengan segitiga restitusi membuat siswa mau mengakui kesalahan dan mampu menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya

Perubahan apa yang terjadi pada cara berfikir anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah anda setelah mempelajari mudul ini?

Saya mulai memahami bahwa menciptakan lingkungan yang positif dan mendukung akan mendorong siswa untuk berperilaku baik secara sukarela. Hukuman saya anggap sebagai langkah terakhir dan lebih fokus pada perbaikan perilaku daripada hukuman semata.

Saya menyadari bahwa motivasi siswa tidak hanya berasal dari nilai, tetapi juga dari rasa ingin tahu, rasa memiliki, dan hubungan yang baik dengan guru serta teman sebaya.

Pengalaman yang seperti apakah yang pernah anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah anda?

Saya memiliki pengalaman terkait penerapan budaya positif ketika siswa tidak mengerjakan tugas yang saya berikan. Saat itu saya menanyakan alasan mengapa tidak mengerjakan tugas dan jawabannya karena minggu lalu ia tidak masuk sekolah. Kasus seperti ini sangat sering terjadi kepada siswa terkhusus di kelas yang saya ampu dan saya mencoba memposisikan diri sebagai manajer dengan begitu siswa mulai menyadari dan terbuka pikiran jika tidak masuk sekolah bukan berarti tidak mengerjakan tugas yang guru berikan.

Bagaimanakah perasaan anda ketika mengalami hal tersebut?

Perasaan saya ketika mengalami hal tersebut adalah merasa lebih tertantang terutama dalam hal kesabaran karena mengimplementasikan posisi guru sebagai manager dan menerapkan Segitiga Restitusi dalam menangani masalah memerlukan kesabaran yang tinggi, memerlukan perhatian, tenaga, dan berkelanjutan, untuk menyeleksaikan permasalahan siswa tentu saja dalam beberapa kasus tidak bisa dielesaikan dalam waktu singkat.

Saya juga merasa tertantang dalam menyusun strategi dan mensosialisasikan konsep Budaya Positif kepada seluruh warga sekolah, agar nantinya kami dapat berkolaborasi melakukan perubahan Budaya Positif di kelas maupun sekolah.

Menurut anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? adakah yang perlu diperbaiki?

Menurut saya, hal baik yang sudah ada di lingkungan kelas dan sekolah adalah Disiplin Positif, nilai-nilai kebajikan serta keyakinan kelas yang dibangun bersama dengan berpihak pada murid. Adapun yang perlu diperbaiki yaitu Posisi Kontrol seorang guru yang selama ini cenderung sebagai penghukum dan pembuat merasa bersalah, dengan mensosialisasikan budaya positif kepada rekan guru diharapkan guru dapat menaikkan level posisi kontrol menuju posisi seorang manager.

Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang sering anda pakai? Dan bagaimana perasaan anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini, posisi apa yang anda pakai dan bagaimana perasaan anda sekarang, apa perbedaannya?

Sebelum mempelajari modul ini, saya sering memposisikan diri membuat siswa merasa bersalah dan teman. Perasaan saya ketika itu biasa saja, saya merasa itu merupakan hal yang wajar ketika siswa melakukan kesalahan. Setelah mempelajari modul ini, posisi yang saya terapkan posisi manajer perasaan saya lebih bahagia karena tidak membuat siswa merasa sakit hatiimi dan rendah diri

Sebelum mempelajari modul ini, pernakhkah Anda menerapkan Segitiga Restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika ia, tahap mana yang anda praktelkan dan bagaimana anda mempraktekkannya?

Sebelumnya, saya pernah secara tidak sadar menggunakan konsep Segitiga Restitusi, namun tahapan Restitusinya tidak secara utuh. Tahapan yang pernah saya lakukan adalah menstabilkan identitas dan validasi tindakan yang salah. Saya belum sampai pada tahap menanyakan keyakinan, karena sebelumnya saya cenderung meminta murid melakukan perbaikan atas kesalahannya berdasarkan cara yang saya berikan, bukan pendapat ataupun cara dari murid itu sendiri.

Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik dilingkungan kelas maupun sekolah?

Hal yang menurut saya penting dalam menciptakan budaya positif adalah kolaborasi atau kerjasama yang baik semua warga sekolah maupun stakeholder yang ada dikelas maupun sekolah, serta sarana prasarana sekolah yang mendukung. Kerjasama warga sekolah dalam mewujudkan nilai-nilai kebajikan diperlukan agar dapat membangun budaya positif sekolah. Sarana prasarana sekolah sangat menunjang untuk mewujudkan sekolah yang nyaman, aman dan mendukung proses pembelajaran yang menyenangkan.

 


 

 

 

 

 

 

Continue reading Koneksi Antar Materi - Modul 1.4