23 Agustus 2024

,

Aksi Nyata Modul 1.4 Menyebarkan Pemahaman Dan Penerapan Pengalaman Budaya Positif

 


Pada kegiatan Aksi Nyata Modul 1.4 ini saya melakukan diseminasi Menyebarkan Pemahaman Dan Penerapan Pengalaman Budaya Positif kepada rekan guru di SMP Negeri 2 Mendoyo pada hari Selasa, 20 Agustus 2024. Ada 8 konsep inti Budaya Positif yang saya sampaikan yaitu:

  1. Perubahan Paradigma Positif
  2. Disiplin Positif
  3. Nilai-Nilai Kebajikan
  4. Kebutuhan Dasar Manusia
  5. Motivasi Prilaku Manusia
  6. Posisi Kontrol Guru
  7. Keyakinan Kelas
  8. Segitiga Restitusi

Saya mengawali diseminasi ini dengan pertanyaan pemantik apakah Ibu/ Bpk guru yang mengikuti kegiatan diseminasi setuju dengan pernyataan di bawah ini.

  1. Hukuman dapat mendisiplan anak?
  2. Pemberian hukuman dengan hal positif seperti membaca atau membersihka halaman sekolah dapat meningkatkan disiplin anak ?
  3. Memberi penghargaan dapat meningkatkan motivasi belajar anak?

Dari pertanyaan pemantik diatas sebagian besar menjawab tidak setuju untuk pertanyaan pertama, setuju untuk pertanyaan kedua dan ada yang setuju dan tidak setuju untuk pertanyaan ketiga.

PEMBELAJARAN DENGAN PARADIGMA BARU

Pembelajaran dengan paradigma baru menandakan sebuah pergeseran besar dalam cara kita memandang dan melaksanakan proses belajar. Pembelajaran dirancang berdasarkan prinsip pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran yang berpusat kepada siswa berdasarkan tahap perkembangan sesuai teori psikologi modern untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila

Perubahan Paradigma

  • Guru sebagai pengontrol diubah menjadi Guru sebagai fasilitator
  • Semua penguatan positif efektif dan bermanfaat Pembiasaan
  • Kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan komunitas  Memberikan kebebasan berpendapat dan menghargai setiap hasil capaiannya
  • Orang dewasa memiliki hak untuk memaksa Kesepakatan bersama

DISIPLIN POSITIF

Disiplin positif merupakan salah satu cara penerapan disiplin yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran serta memberdayakan peserta didik tanpa imbalan penghargaan/reward, ancaman atau hukuman.

NILAI-NILAI KEBAJIKAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal yang mutlak diperlukan oleh setiap individu untuk bertahan hidup dan berkembang. Kebutuhan ini bisa bersifat fisik (biologis) maupun psikologis.

  • Bertahan hidup yaitu kebutuhan yang bersifat fisiologis seperti makanan, pakaian, tempat inggal
  • Kasih sayang dan rasa diterima yaitu kebutuhan akan hubungan dan koneksi sosial
  • Kesenangan yaitu kebutuhan untuk mencari kesenangan, bermain, dan tertawa
  • Kebebasan yaitu kebutuhan akan kemandirian, otonomi, memiliki pilihan dan mampu mengendalikan arah hidup seseorang
  • Penguasaan yaitu Kebutuhan ini meliputi keinginan untuk dianggap berharga, dihargai, diakui prestasinya

Contoh Kasus

Ibu Nita, guru wali kelas  IXC  di SMP Negeri 2 Mendoyo, sedang bingung menghadapi ulah salah satu murid di kelasnya, Doni.  Beberapa anak di kelas IXC telah datang padanya dan mengeluhkan Doni yang seringkali meminta bekal makan siang mereka dengan paksa. Jika Anda menghadapi situasi seperti Ibu Nita, apa yang akan Anda lakukan? Menurut Anda, kira-kira apa alasan Doni melakukan hal itu?

Alternatif Jawaban Doni:

  • Ia lapar dan orangtuanya tidak membawakannya bekal makan siang.
  • Dia merasa senang temannya jadi memperhatikan dia.
  • Dia merasa hebat karena temannya jadi takut dengan dia dan menuruti keinginannya
  • Dia merasa bosan dengan bekal makanan yang dibawakan ibunya dari rumah, karena ibunya selalu membawakan bekal yang sama, oleh karena itu dia ingin mencoba makanan teman-temannya yang beraneka ragam.
  • Ia melakukannya karena iseng saja dan ia menikmati ekspresi wajah teman-temannya yang kesal karena diambil makanannya.

MOTIVASI PRILAKU MANUSIA


HUKUMAN DAN KONSEKUENSI

Hukuman identik dengan cara untuk mewujudkan kontrol terhadap perilaku seseorang agar sesuai dengan apa yang kitainginkan. MIsalkan ketika siswa tidak mengerjakan PR maka kita memintanya berdiri di depan kelas agar tidakmengulangi lagi perbuatannya.

Konsekuensi adalah dampak yang harusdi terima dari sebuah tindakan. Misalnya ketika siswa merusak buku milik temannya maka ia diharuskan untuk menggantinya.



Perbedaan Hukuman, Konsekuensi dan Restitusi

  • Hukuman Guru menghukum murid menghormati bendera selama 20 menit
  • Guru marah-marah dan membuat murid takut

Konsekuensi

  • Guru memberikan kosekuensi untuk mengerjakan tugasnya saat jam istirahat atau dikerjakan sebanyak 3x lipat.
  • Guru tegas dan murid menghormati peraturan

Restitusi

  • Guru menanyakan keyakinan kelas/dirinya dan membantu murid menyelesaikan masalahnya.
  • Guru terbuka dan murid menghormati dirinya dan orang lain.

LIMA POSISI KONTROL 



Penghukum

Seorang penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun verbal. Orang-orang yang menjalankan posisi penghukum, senantiasa mengatakan bahwa sekolah memerlukan sistem atau alat yang dapat lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi. Guru-guru yang menerapkan posisi penghukum akan berkata:

“Patuhi aturan saya, atau awas!”

“Kamu selalu saja salah!”

“Selalu, pasti selalu yang terakhir selesai”

Guru seperti ini senantiasa percaya hanya ada satu cara agar pembelajaran bisa berhasil, yaitu cara dia.

Pembuat Merasa Bersalah

Pada posisi ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut. Pembuat rasa bersalah akan menggunakan keheningan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah, atau rendah diri. Kata-kata yang keluar dengan lembut akan seperti:

“Ibu sangat kecewa sekali dengan kamu”

“Berapa kali Bapak harus memberitahu kamu ya?”

“Gimana coba, kalau orang tua kamu tahu kamu berbuat begini?”

Di posisi ini murid akan memiliki penilaian diri yang buruk tentang diri mereka, murid merasa tidak berharga, dan telah mengecewakan orang-orang disayanginya.

Teman

Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya mengontrol murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif. Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru di posisi teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang. Mereka akan berkata:

“Ayo bantulah, demi bapak ya?”

“Ayo ingat tidak bantuan Bapak selama ini?”

“Ya sudah kali ini tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu bereskan”.

Hal negatif dari posisi teman adalah bila suatu saat guru tersebut tidak membantu maka murid akan kecewa dan berkata, “Saya pikir bapak/Ibu teman saya”. Murid merasa dikecewakan, dan tidak mau lagi berusaha. Hal lain yang mungkin timbul adalah murid hanya akan bertindak untuk guru tertentu, dan tidak untuk guru lainnya. Murid akan tergantung pada guru tersebut.

Pemantau

Memantau berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada peraturan-peraturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang menjalankan posisi pemantau. Pertanyaan yang diajukan seorang pemantau:

“Peraturannya apa?”

“Apa yang telah kamu lakukan?”

“Sanksi atau konsekuensinya apa?”

Seorang pemantau sangat mengandalkan penghitungan, catatan, data yang dapat digunakan sebagai bukti atas perilaku seseorang. Posisi ini akan menggunakan stiker, slip catatan, daftar cek. Posisi pemantau sendiri berawal dari teori stimulus-respon, yang menunjukkan tanggung jawab guru dalam mengontrol murid.

Manajer

Posisi terakhir, Manajer, adalah posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer telah memiliki keterampilan di posisi teman maupun pemantau, dan dengan demikian, bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada kedua posisi tersebut bila diperlukan. Namun bila kita menginginkan murid-murid kita menjadi manusia yang merdeka, mandiri dan bertanggung jawab, maka kita perlu mengacu kepada Restitusi yang dapat menjadikan murid kita seorang manajer bagi dirinya sendiri.  Di manajer, murid diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain. Disini penekanan bukan pada kemampuan membuat konsekuensi, namun dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada. Seorang manajer akan berkata
“Apa yang kita yakini?” (kembali ke keyakinan kelas)

“Apakah kamu meyakininya?”

“Jika kamu meyakininya, apakah kamu bersedia memperbaikinya?”
“Jika kamu memperbaiki ini, hal ini menunjukkan apa tentang dirimu?”

“Apa rencana kamu untuk memperbaiki hal ini?”

Tugas seorang manajer bukan untuk mengatur perilaku seseorang. Kita membimbing murid untuk dapat mengatur dirinya. Seorang manajer bukannya memisahkan murid dari kelompoknya, tapi mengembalikan murid tersebut ke kelompoknya dengan lebih baik dan kuat.

Bisa jadi dalam praktik penerapan disiplin sehari-hari, kita akan kembali ke posisi Teman atau Pemantau, karena murid yang ditangani belum siap diajak berdiskusi atau diundang melakukan restitusi. Namun perlu disadari tujuan akhir dari 5 posisi kontrol seorang guru adalah pencapaian posisi Manajer, di mana di posisi inilah murid dapat menjadi pribadi yang mandiri, merdeka, dan bertanggung jawab atas segala perilaku dan sikapnya, yang pada akhirnya dapat menciptakan lingkungan yang positif, nyaman, dan aman.

 
KEYAKINAN KELAS

  • Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebihrinci dan konkrit. Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
  • Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
  • Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.
  • Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut.
  • Semuawarga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat.
  • Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.
  • Pembentukan keyakinan kelas


Refleksi Keyakinan Kelas

  • Kurangnya Partisipasi Siswa
  • Siswa mungkin merasa tidak nyaman untuk berbicara, takut salah, atau tidak tertarik dengan proses pembuatan keyakinan kelas.
  • Perbedaan pendapat yang signifikan
  • Setiap siswa memiliki latar belakang dan nilai yang berbeda-beda, sehingga sulit untuk mencapai kesepakatan.
  • Kurangnya komitmen
  • Siswa mungkin tidak merasa memiliki kepemilikan terhadap keyakinan kelas yang telah dibuat.

Rencana Perbaikan

  • Ciptakan suasana kelas yang aman dan inklusif, berikan contoh yang jelas, dan dorong setiap siswa untuk memberikan masukan.
  • Fasilitasi diskusi dengan bijak, ajarkan siswa untuk menghargai perbedaan pendapat, dan cari titik temu yang bisa diterima semua pihak.
  • Libatkan siswa secara aktif dalam setiap tahap pembuatan keyakinan kelas, dan buat mereka merasa bahwa keyakinan tersebut adalah hasil kerja sama mereka.

RESTITUSI

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat.

Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka ingin menjadi (tujuan mulia), dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Gossen; 2004)

Menstabilkan Identitas

  • Berbuat salah itu tidak apa-apa.
  • Tidak ada manusia yang sempurna
  • Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.
  • Kita bisa menyelesaikan ini.
  • Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi Bapak/Ibu ingin mencari solusi dari permasalahan ini.
  • Kamu berhak merasa begitu.
  • Apakah kamu sedang menjadi teman yang baik buat dirimu sendiri?

Validasi Tindakan yang Salah

  • Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini ya?”
  • “Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu”
  • “Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu telah melindungi sesuatu yang penting buatmu”.
  • “Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap yang baru.”

Menanyakan Keyakinan

  • Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga?
  • Apa nilai-nilai umum yang kita telah sepakati?
  • Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal?
  • Kamu mau jadi orang yang seperti apa?

Refleksi Restitusi

  • Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting dalam menerapkan restitusi. Guru harus mampu mendengarkan penjelasan siswa, menyampaikan harapan, dan memberikan dukungan.
  • Ketika siswa merasa didengarkan dan dihargai, mereka akan lebih terbuka untuk menerima konsekuensi dari tindakan mereka.

Rencana Perbaikan dalam implementasi kedepannya

  • Memberikan dukungan emosional kepada siswa? Selain memberikan konsekuensi, disini  guru perlu memberikan dukungan emosional kepada siswa agar mereka tidak merasa terisolasi atau putus asa.
  • Menggali lebih dalam apakah tindakan restitusi yang diberikan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan siswa

Itulah materi yang saya sampaikan pada kegiatan diseminasi modul 1.4 untuk melihat kegiatan dalam video silahkan klik tautan dibawah ini.

 


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

6 komentar:

  1. Aksi nyata yang telah dibuat sangat menginspirasi sekali, baik dalam hal pelaksanaan maupun pemaparan hasil penerapan budaya positif di sekolah.
    Semangat berkarya buk..

    BalasHapus
  2. Aksi nyata yang menginspirasi. Konsep inti budaya positif yang disampikan jelas , menambah pemahaman dan sekaligus menguatkan peran saya sebagai guru dalam mewujudkan budaya positif di sekolah. Semangat terus berkarya ibu guru hebat.

    BalasHapus
  3. Mantap sesi berbagi Budaya Positifnya. Tetap semangat dan teruslah berkarya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih Bu Fani sudah memfasilitasi kami dengan nuansa familiar

      Hapus