Pada
kegiatan Aksi Nyata Modul 1.4 ini saya
melakukan diseminasi Menyebarkan Pemahaman Dan
Penerapan Pengalaman Budaya Positif kepada rekan guru di SMP Negeri 2 Mendoyo
pada hari Selasa, 20 Agustus 2024. Ada 8 konsep inti Budaya Positif yang saya
sampaikan yaitu:
- Perubahan Paradigma Positif
- Disiplin Positif
- Nilai-Nilai Kebajikan
- Kebutuhan Dasar Manusia
- Motivasi Prilaku Manusia
- Posisi Kontrol Guru
- Keyakinan Kelas
- Segitiga Restitusi
Saya
mengawali diseminasi ini dengan pertanyaan pemantik apakah Ibu/ Bpk guru yang
mengikuti kegiatan diseminasi setuju dengan pernyataan di bawah ini.
- Hukuman dapat mendisiplan anak?
- Pemberian hukuman dengan hal positif seperti membaca atau membersihka halaman sekolah dapat meningkatkan disiplin anak ?
- Memberi penghargaan dapat meningkatkan motivasi belajar anak?
Dari
pertanyaan pemantik diatas sebagian besar menjawab tidak setuju untuk
pertanyaan pertama, setuju untuk pertanyaan kedua dan ada yang setuju dan tidak
setuju untuk pertanyaan ketiga.
PEMBELAJARAN DENGAN PARADIGMA BARU
Pembelajaran
dengan paradigma baru menandakan sebuah pergeseran besar dalam cara kita
memandang dan melaksanakan proses belajar. Pembelajaran dirancang berdasarkan
prinsip pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran yang berpusat kepada
siswa berdasarkan tahap perkembangan sesuai teori psikologi modern untuk
mewujudkan Profil Pelajar Pancasila
Perubahan
Paradigma
- Guru
sebagai pengontrol diubah menjadi Guru
sebagai fasilitator
- Semua
penguatan positif efektif dan bermanfaat Pembiasaan
- Kritik
dan membuat orang merasa bersalah dapat menguatkan komunitas Memberikan
kebebasan berpendapat dan menghargai setiap hasil capaiannya
- Orang
dewasa memiliki hak untuk memaksa Kesepakatan
bersama
DISIPLIN POSITIF
Disiplin
positif merupakan salah satu cara penerapan
disiplin yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran serta memberdayakan peserta
didik tanpa imbalan penghargaan/reward, ancaman atau hukuman.
NILAI-NILAI KEBAJIKAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
Kebutuhan
dasar manusia adalah hal-hal yang mutlak diperlukan oleh setiap individu untuk
bertahan hidup dan berkembang. Kebutuhan ini bisa bersifat fisik (biologis)
maupun psikologis.
- Bertahan
hidup yaitu kebutuhan yang bersifat fisiologis
seperti makanan, pakaian, tempat inggal
- Kasih sayang dan rasa diterima yaitu kebutuhan
akan hubungan dan koneksi sosial
- Kesenangan yaitu kebutuhan
untuk mencari kesenangan, bermain, dan tertawa
- Kebebasan yaitu kebutuhan
akan kemandirian, otonomi, memiliki pilihan dan mampu mengendalikan arah hidup
seseorang
- Penguasaan
yaitu Kebutuhan ini meliputi keinginan untuk dianggap
berharga, dihargai, diakui prestasinya
Contoh
Kasus
Ibu
Nita, guru wali kelas IXC di SMP Negeri 2 Mendoyo, sedang bingung
menghadapi ulah salah satu murid di kelasnya, Doni. Beberapa anak di kelas IXC telah datang
padanya dan mengeluhkan Doni yang seringkali meminta bekal makan siang mereka
dengan paksa. Jika Anda menghadapi situasi seperti Ibu Nita, apa yang akan Anda
lakukan? Menurut Anda, kira-kira apa alasan Doni melakukan hal itu?
Alternatif
Jawaban Doni:
- Ia lapar dan orangtuanya tidak membawakannya bekal makan siang.
- Dia merasa senang temannya jadi memperhatikan dia.
- Dia merasa hebat karena temannya jadi takut dengan dia dan menuruti keinginannya
- Dia merasa bosan dengan bekal makanan yang dibawakan ibunya dari rumah, karena ibunya selalu membawakan bekal yang sama, oleh karena itu dia ingin mencoba makanan teman-temannya yang beraneka ragam.
- Ia melakukannya karena iseng saja dan ia menikmati ekspresi wajah teman-temannya yang kesal karena diambil makanannya.
MOTIVASI PRILAKU MANUSIA
Hukuman
identik dengan cara untuk mewujudkan kontrol terhadap perilaku seseorang agar
sesuai dengan apa yang kitainginkan. MIsalkan ketika siswa tidak mengerjakan PR
maka kita memintanya berdiri di depan kelas agar tidakmengulangi lagi
perbuatannya.
Konsekuensi
adalah dampak yang harusdi terima dari sebuah tindakan. Misalnya ketika siswa
merusak buku milik temannya maka ia diharuskan untuk menggantinya.
Perbedaan Hukuman, Konsekuensi dan Restitusi
- Hukuman
Guru menghukum murid menghormati bendera selama 20
menit
- Guru marah-marah dan membuat murid takut
Konsekuensi
- Guru memberikan kosekuensi untuk mengerjakan tugasnya saat jam istirahat atau dikerjakan sebanyak 3x lipat.
- Guru tegas dan murid menghormati peraturan
Restitusi
- Guru menanyakan keyakinan kelas/dirinya dan membantu murid menyelesaikan masalahnya.
- Guru terbuka dan murid menghormati dirinya dan orang lain.
LIMA POSISI KONTROL
Penghukum
Seorang
penghukum bisa menggunakan hukuman fisik maupun verbal. Orang-orang yang
menjalankan posisi penghukum, senantiasa mengatakan bahwa sekolah memerlukan
sistem atau alat yang dapat lebih menekan murid-murid lebih dalam lagi.
Guru-guru yang menerapkan posisi penghukum akan berkata:
“Patuhi
aturan saya, atau awas!”
“Kamu selalu
saja salah!”
“Selalu,
pasti selalu yang terakhir selesai”
Guru seperti
ini senantiasa percaya hanya ada satu cara agar pembelajaran bisa berhasil,
yaitu cara dia.
Pembuat
Merasa Bersalah
Pada posisi
ini biasanya guru akan bersuara lebih lembut. Pembuat rasa bersalah akan
menggunakan keheningan yang membuat orang lain merasa tidak nyaman, bersalah,
atau rendah diri. Kata-kata yang keluar dengan lembut akan seperti:
“Ibu sangat
kecewa sekali dengan kamu”
“Berapa kali
Bapak harus memberitahu kamu ya?”
“Gimana coba,
kalau orang tua kamu tahu kamu berbuat begini?”
Di posisi ini
murid akan memiliki penilaian diri yang buruk tentang diri mereka, murid merasa
tidak berharga, dan telah mengecewakan orang-orang disayanginya.
Teman
Guru pada
posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya mengontrol
murid melalui persuasi. Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif.
Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru
di posisi teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi
seseorang. Mereka akan berkata:
“Ayo
bantulah, demi bapak ya?”
“Ayo ingat
tidak bantuan Bapak selama ini?”
“Ya sudah
kali ini tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu bereskan”.
Hal negatif
dari posisi teman adalah bila suatu saat guru tersebut tidak membantu maka
murid akan kecewa dan berkata, “Saya pikir bapak/Ibu teman saya”. Murid merasa
dikecewakan, dan tidak mau lagi berusaha. Hal lain yang mungkin timbul adalah
murid hanya akan bertindak untuk guru tertentu, dan tidak untuk guru lainnya.
Murid akan tergantung pada guru tersebut.
Pemantau
Memantau
berarti mengawasi. Pada saat kita mengawasi, kita bertanggung jawab atas
perilaku orang-orang yang kita awasi. Posisi pemantau berdasarkan pada
peraturan-peraturan dan konsekuensi. Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi,
kita dapat memisahkan hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang
yang menjalankan posisi pemantau. Pertanyaan yang diajukan seorang pemantau:
“Peraturannya
apa?”
“Apa yang
telah kamu lakukan?”
“Sanksi atau
konsekuensinya apa?”
Seorang
pemantau sangat mengandalkan penghitungan, catatan, data yang dapat digunakan
sebagai bukti atas perilaku seseorang. Posisi ini akan menggunakan stiker, slip
catatan, daftar cek. Posisi pemantau sendiri berawal dari teori
stimulus-respon, yang menunjukkan tanggung jawab guru dalam mengontrol murid.
Manajer
Posisi
terakhir, Manajer, adalah posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan
murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid
agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer telah
memiliki keterampilan di posisi teman maupun pemantau, dan dengan demikian,
bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada kedua posisi tersebut bila
diperlukan. Namun bila kita menginginkan murid-murid kita menjadi manusia yang
merdeka, mandiri dan bertanggung jawab, maka kita perlu mengacu kepada
Restitusi yang dapat menjadikan murid kita seorang manajer bagi dirinya
sendiri. Di manajer, murid diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya,
maupun kebutuhan orang lain. Disini penekanan bukan pada kemampuan membuat
konsekuensi, namun dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki
kesalahan yang ada. Seorang manajer akan berkata
“Apa yang kita yakini?” (kembali ke keyakinan kelas)
“Apakah kamu
meyakininya?”
“Jika kamu
meyakininya, apakah kamu bersedia memperbaikinya?”
“Jika kamu memperbaiki ini, hal ini menunjukkan apa tentang dirimu?”
“Apa rencana
kamu untuk memperbaiki hal ini?”
Tugas seorang
manajer bukan untuk mengatur perilaku seseorang. Kita membimbing murid untuk
dapat mengatur dirinya. Seorang manajer bukannya memisahkan murid dari
kelompoknya, tapi mengembalikan murid tersebut ke kelompoknya dengan lebih baik
dan kuat.
Bisa jadi
dalam praktik penerapan disiplin sehari-hari, kita akan kembali ke posisi Teman
atau Pemantau, karena murid yang ditangani belum siap diajak berdiskusi atau
diundang melakukan restitusi. Namun perlu disadari tujuan akhir dari 5 posisi
kontrol seorang guru adalah pencapaian posisi Manajer, di mana di posisi inilah
murid dapat menjadi pribadi yang mandiri, merdeka, dan bertanggung jawab atas
segala perilaku dan sikapnya, yang pada akhirnya dapat menciptakan lingkungan
yang positif, nyaman, dan aman.
KEYAKINAN
KELAS
- Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebihrinci dan konkrit. Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
- Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
- Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.
- Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut.
- Semuawarga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat.
- Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.
- Pembentukan keyakinan kelas
Refleksi
Keyakinan Kelas
- Kurangnya Partisipasi Siswa
- Siswa mungkin merasa tidak nyaman untuk berbicara, takut salah, atau tidak tertarik dengan proses pembuatan keyakinan kelas.
- Perbedaan pendapat yang signifikan
- Setiap siswa memiliki latar belakang dan nilai yang berbeda-beda, sehingga sulit untuk mencapai kesepakatan.
- Kurangnya komitmen
- Siswa mungkin tidak merasa memiliki kepemilikan terhadap keyakinan kelas yang telah dibuat.
Rencana Perbaikan
- Ciptakan suasana kelas yang aman dan inklusif, berikan contoh yang jelas, dan dorong setiap siswa untuk memberikan masukan.
- Fasilitasi diskusi dengan bijak, ajarkan siswa untuk menghargai perbedaan pendapat, dan cari titik temu yang bisa diterima semua pihak.
- Libatkan siswa secara aktif dalam setiap tahap pembuatan keyakinan kelas, dan buat mereka merasa bahwa keyakinan tersebut adalah hasil kerja sama mereka.
RESTITUSI
Restitusi
adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan
mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang
lebih kuat.
Restitusi
juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi
untuk masalah mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa
yang mereka ingin menjadi (tujuan mulia), dan bagaimana mereka harus
memperlakukan orang lain (Gossen; 2004)
Menstabilkan
Identitas
- Berbuat salah itu tidak apa-apa.
- Tidak ada manusia yang sempurna
- Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.
- Kita bisa menyelesaikan ini.
- Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi Bapak/Ibu ingin mencari solusi dari permasalahan ini.
- Kamu berhak merasa begitu.
- Apakah kamu sedang menjadi teman yang baik buat dirimu sendiri?
Validasi
Tindakan yang Salah
- Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini ya?”
- “Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu”
- “Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu telah melindungi sesuatu yang penting buatmu”.
- “Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap yang baru.”
Menanyakan
Keyakinan
- Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga?
- Apa nilai-nilai umum yang kita telah sepakati?
- Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal?
- Kamu mau jadi orang yang seperti apa?
Refleksi Restitusi
- Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting dalam menerapkan restitusi. Guru harus mampu mendengarkan penjelasan siswa, menyampaikan harapan, dan memberikan dukungan.
- Ketika siswa merasa didengarkan dan dihargai, mereka akan lebih terbuka untuk menerima konsekuensi dari tindakan mereka.
Rencana
Perbaikan dalam implementasi kedepannya
- Memberikan
dukungan emosional kepada siswa? Selain memberikan konsekuensi,
disini guru perlu memberikan dukungan
emosional kepada siswa agar mereka tidak merasa terisolasi atau putus asa.
- Menggali lebih dalam apakah tindakan restitusi yang diberikan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan siswa
Itulah materi yang saya sampaikan pada kegiatan diseminasi modul 1.4 untuk melihat kegiatan dalam video silahkan klik tautan dibawah ini.
Aksi nyata yang telah dibuat sangat menginspirasi sekali, baik dalam hal pelaksanaan maupun pemaparan hasil penerapan budaya positif di sekolah.
BalasHapusSemangat berkarya buk..
Terimakasih Bu Ella
HapusAksi nyata yang menginspirasi. Konsep inti budaya positif yang disampikan jelas , menambah pemahaman dan sekaligus menguatkan peran saya sebagai guru dalam mewujudkan budaya positif di sekolah. Semangat terus berkarya ibu guru hebat.
BalasHapusTerimaksih bu Pitri salam dan bahagia
HapusMantap sesi berbagi Budaya Positifnya. Tetap semangat dan teruslah berkarya..
BalasHapusTerimakasih Bu Fani sudah memfasilitasi kami dengan nuansa familiar
Hapus