Pada kesempatan ini saya akan memaparkan refleksi selama mengikuti pembelajaran Daring yang sudah dilakukan pada Modul 1.2 Tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak. Dalam menulis jurnal refleksi ini saya menggunakan model model 4C (Connectian; 2. Concep; 3. Challenge; dan 4. Change)
17 September 2024
Aksi Nyata Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional
- Peristiwa :
Dalam
melakukan berbagi praktik Pembelajaran
sosial emosiaonal (PSE) kepada rekan sejawat terlihat Bpk/ibu cukup antusias walaupun
tanpa disadari mereka sudah pernah menerapkan di dalam kelas hanya saja belum
rutin dilakukan serta belum terintegrasi dalam perangkat pembelajaran (RPP). Rekan
sejawat yang mendapatkan diseminasi banyak bertanya terkait RPP yang
terintegrasi dengan PSE. Pada diseminasi ini saya berusaha mewujudkan
Pembelajaran sosial emosianal (PSE) dengan menggunakan kesadaran penuh
(mindfulness) demi mewujudkan kesejahtraan sosial (well-being).
- Perasan :
Pada kegiatan berbagi Aksi Nyata ini saya masih dalam tahap belajar, karena sebelum mengikuti PGP ini saya sangat jarang sekali melakukan kegiatan Pembelajaran Sosial Emosional. Ada kekhawatiran dari saya tidak dapat berbagi secara maksimal. Tapi syukurnya di sekolah kami saat ini ada 7 orang yang mengikuti PGP sehingga kami banyak berdiskusi bagaimana cara terbaik mengintegrasikan PSE kedalam Modul Ajar/ RPP dan berbagi pemahaman tentang PSE kepada rekan sejawat.
- Pembelajaran :
Kegiatan berbagi praktik baik/ aksi nyata PSE ini merupakan bentuk pengembangan profesional yang berkelanjutan. Kegiatan berbagi aksi nyata PSE merupakan investasi yang sangat berharga bagi pengembangan profesional guru dan peningkatan kualitas pendidikan. Dengan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif dan mendukung bagi semua siswa.
Umpan balik yang di dapatkan dari
kegiatan ini adalah bagaiman mempratikan kesadaran penuh (mindfulness) kepada
rekan-rekan guru sebelum diterapkan kepada murid-murid dalam mengelola sosial
emosional menjadi energi positif. Dengan mindfulness melalui teknik STOP kita
dapat memfokuskan diri dan menghilangkan kepenatan yang ada dalam diri,
sehingga dapat menyerap ketenangan dan energi positif sehingga dapat
menstabilkan jiwa dan pikiran
- Penerapan :
Saya
ingin menerapkan Pembelajaran Sosial Emosional kepada seluruh murid dengan
kesadaran penuh (mindfulness) maupun implementasi 5 PSE yang lain dalam
kegiatan pembelajaran sehingga siswa mampu mengelola sosial emosionalnya dan
menjadi
individu yang utuh, tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi dengan kesadaran diri, manajemen diri,
keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
16 September 2024
Koneksi Antar Materi Modul 2.2
Apa kesimpulan tentang perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai pemimpin pembelajaran setelah mempelajari pembelajaran sosial dan emosional?
Pembelajaran Sosial Emosional (PSE)
merupakan pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas
sekolah. Proses Kolaborasi ini memungkinkan murid, pendidik, dan tenaga
kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat:
·
Memahami, menghayati, dan
mengelola emosi (kesadaran diri)
·
Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
·
Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran
sosial)
· Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif
(keterampilan berelasi)
· Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab).
Urgensi Pembelajaran Sosial dan
Emosional adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat
meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being)
secara optimal.
Dalam penelitian tentang Pembelajaran
Sosial dan Emosional:
· Guru yang memiliki kompetensi sosial dan emosional yang baik
lebih efektif dan cenderung lebih resilien/tangguh dan merasa nyaman di
kelas karena mereka dapat bekerja lebih
baik dengan murid.
· Adanya keterkaitan antara kecakapan sosial dan emosional yang
diukur ketika TK dan hasil ketika dewasa di bidang pendidikan, pekerjaan,
pelanggaran hukum, dan kesehatan mental.
Pembahasan di atas sejalan dengan
peran pendidik yang disampaikan Ki Hajar
Dewantara. Pendidik adalah penuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak,
agar mereka sebagai
manusia dan anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Kesadaran akan proses pendidikan yang dapat menuntun tumbuh
kembang murid secara holistik sudah
menjadi perhatian pendidik sejak lama. Kesadaran ini berawal dari teori
Kecerdasan Emosi Daniel Goleman, dikembangkanlah CASEL (Collaborative for
Academic, Social and Emotional Learning) pada tahun 1995 (www.casel.org)
sebagai konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE). Konsep PSE berdasarkan
berdasarkan kerangka CASEL tersebut dikembangkan Daniel Goleman bersama
sekelompok pendidik, peneliti, dan pendamping anak. PSE berbasis penelitian
ini, bertujuan untuk mendorong
perkembangan anak secara positif dengan program yang terkoordinasi antara berbagai pihak dalam komunitas
sekolah.
Dengan mencermati diagram hasil di atas, kita semakin memahami
urgensi PSE, yaitu peningkatan
kompetensi sosial dan emosional, terciptanya lingkungan belajar yang lebih
positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang
lain dan lingkungan sekolah. Selain itu, PSE di kelas terbukti dapat
menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik. PSE memberikan pondasi yang
kuat bagi murid untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luar
akademik, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.
Well-being adalah sebuah kondisi individu yang memiliki sikap yang positif
terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur
tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan
dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup
mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.
Apa kaitan pembelajaran sosial dan
emosional yang telah anda pelajari dengan modul-modul sebelumnya?
· Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 1.1
Filofofi Pemikiran KHD. Dengan pembelajaran sosial emosional guru dapat
menciptakan well-being dalam ekosistem pendidikan di sekolah, Sehingga
menciptakan kondisi yang nyaman, sehat, dan bahagia. Hal ini sejalan dengan
pemikiran Ki Hajar Dewantara yakni menuntun kodrat anak agar mencapai
keselamatan yang setinggi-tingginya sehingga anak akan senang dan semangat
dalam proses belajarnya.
· Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 1.2
Nilai-nilai dan peran Guru Penggerak. Dalam pembelajaran sosial dan emosional,
guru dapat menumbuhkan nilai dan peran pada guru dan murid dalam pengelolaan
emosi sehingga nilai kemandirian dan pembelajaran yang berpusat pada murid
serta peran guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran dan mendorong
kolaborasi dapat tercapai dan berjalan seimbang.
· Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 1.3
Visi Guru Penggerak. Dalam pembelajaran sosial emosional dapat mewujudkan visi
yang diharapkan dengan melakukan prakarsa perubahan dengan memberikan
pembelajaran kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, kemampuan
berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab sehingga diharapkan
dapat mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.
· Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 1.4
Budaya Positif. Dalam pembelajaran sosial dan emosional, guru dan murid dapat
mengenali dan memahami emosi masing-masing sehingga mampu mengontrol diri dan
dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, aman, dan nyaman yang berpengaruh
dalam penerapan budaya positif baik berupa disiplin positif maupun keyakinan
kelas dengan sebaik mungkin.
·
Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 2.1
Pembelajaran Untuk Memenuhi Kebutuhan Murid Melalui Pembelajaran
Berdiferensiasi. Dalam pembelajaran sosial emosional guru dapat melakukan
pembelajaran dengan mengidentifikasi perasaan dan emosi. Hal ini sejalan dengan
pembelajaran berdiferensiasi yang memetakan kebutuhan murid diantaranya
kesiapan murid, minat, dan profil belajar murid dengan menggunakan strategi
diferensiasi konten, proses, dan produk, sehingga pembelajaran dapat
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan murid agar pembelajaran semakin
menyenangkan dan dapat mewujudkan merdeka belajar.
Sebelum mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa kompetensi
sosial emosional murid akan terbentuk dengan sendirinya sejalan dengan
pertumbuhan dan perkembangan murid sehingga dalam pembelajaran di kelas saya
lebih berfokus fokus pada proses penyampaian materi (kognitif) sesuai dengan
kurikulum. Setelah mempelajari modul ini, ternyata pembelajaran berbasis sosial
emosional perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa kesiapan , ketertarikan,
dan fokus murid dalam memulai pembelajaran untuk adalah untuk menciptakan
lingkungan belajar yang aman dan nyaman
agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik
dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.
Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman
dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat
meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis
(well-being), 3 hal mendasar dan penting
yang saya pelajari adalah:
·
5 kompetensi sosial emosional melalui peningkatan perilaku
positif.
· Kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar penguatan
kompetensi sosial emosional.
·
Pengintergasian KSE di kelas maupun di lingkungan sekolah.
Berkaitan dengan soal diatas, perubahan yang akan saya
terapkan di kelas dan sekolah:
·
bagi murid-murid:
menerapkan KSE dalam pembelajaran dan memasukan implementasi
KSE tersebut dimodul ajar.
·
bagi rekan sejawat:
berbagi praktek baik penerapan KSE dalam pembelajaran,
berupaya konsisten untuk menjadi rekan yang baik, teladan, menjalin komunikasi
dan berkolaborasi dengan baik.
Demonstrasi Konstektual - Modul 2.2
Tugas CGP
pada Demonstrasi Konstektual - Modul 2.2 ini yaitu Membuat Rencana Implementasi
Pembelajaran Sosial dan Emosional bagi murid di Kelas dengan ketentuan:
Tentukan
minimal 2 kompetensi sosial dan emosional (KSE) yang akan Anda
implementasikan. Berikan alasan pemilihan KSE tersebut.
1) Kompetensi
KSE yang saya implementasikan yaitu Kesadaran Diri. dalam pembukaan hangat melalui
kegiatan “Mengenali Emosi Diri”. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui emosi yang dirasakan siswa sebelum memulai
pembelajaran.
Langkah kegiatannya yaitu :
· Guru menyiapkan poster bergambar EMOJI diantaranya ada emosi
marah, dicintai, sedih, senang, takut, bersemangat, santai, dan biasa saja.
Poster tersebut bisa ditempel di dinding yang gampang dijangkau anak-anak.
· Guru membagikan Post It kepada siswa dan meminta mereka
menuliskan nama mereka pada post it tersebut. Lalu murid menempelkan post it
tersebut di poster emoji yang menggambarkan emosi mereka saat ini
2. KSE ke-2 yang saya terapkan yaitu dalam pembukaan hangat melalui kegiatan “Mengelola Emosi
Diri” untuk mengelola emosi yang
dirasakan agar dapat memahami keadaan diri sendiri maupun lingkungan sekitar.
KSE yang dikembangkan pada kegiatan ini adalah Manajemen Diri. Langkah kegiatannya yaitu :
- Guru meminta murid berhenti dari
aktifitasnya dan guru memandu murid untuk melakukan tehnik STOP sebagai berikut
:
·
Guru mengajak siswa untuk berhenti sejenak dari kegiatan
yang dilakukan
·
Guru memandu siswa untuk mengambil nafas sejenak
· Guru membimbing siswa untuk mengamati sensasi pada tubuh, pikiran perasaan dan
keadaan sekitarnya.
·
Setelah selesai siswa dapat kembali fokus pada kegiatan yang
dilakukan
·
Guru meminta siswa
menuliskan perasaannya setelah kegiatan STOP
14 September 2024
Elaborasi Pemahaman Modul 2.2
Poin-poin
utama yang dibahas pada elaborasi modul 2.2 yang disampaikan oleh instruktur
- Tujuan PSE: Meningkatkan kompetensi
sosial emosional siswa agar mereka dapat berinteraksi dengan baik dengan
orang lain, mengambil keputusan yang bertanggung jawab, dan mencapai
tujuan hidup.
- Tantangan dalam implementasi PSE:
- Konsep yang luas: PSE
mencakup banyak aspek, mulai dari kesadaran diri hingga keterampilan
berelasi, sehingga sulit untuk didefinisikan secara pasti.
- Perbedaan antara teori dan praktik:
Seringkali ada kesenjangan antara teori tentang PSE dengan praktik
pembelajaran di kelas.
- Kurangnya waktu: Guru
seringkali merasa kesulitan untuk menyisipkan pembelajaran PSE ke dalam
jadwal yang padat.
- Strategi pembelajaran PSE:
- Pembelajaran berbasis proyek: Siswa
diajak untuk mengerjakan proyek yang melibatkan kerja sama dan pemecahan
masalah.
- Pembelajaran berpusat pada siswa: Siswa
aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan diberikan kesempatan untuk
mengeksplorasi minat mereka.
- Guru sebagai model: Guru
berperan sebagai role model dalam menunjukkan perilaku sosial emosional
yang positif.
- Koneksi dengan kurikulum:
Pembelajaran PSE dapat diintegrasikan ke dalam berbagai mata pelajaran,
seperti Pancasila dan bahasa Indonesia.
- Pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang
aman dan nyaman: Lingkungan belajar yang positif sangat penting
untuk mendukung perkembangan sosial emosional siswa.
Kesimpulan
Pembicara
menekankan bahwa pembelajaran sosial emosional adalah hal yang sangat penting
untuk pengembangan siswa secara keseluruhan. Namun, masih banyak tantangan yang
harus diatasi dalam implementasinya. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang
PSE dan strategi pembelajaran yang tepat, diharapkan pembelajaran sosial
emosional dapat diterapkan secara efektif di sekolah.
11 September 2024
Aksi Nyata Pembelajaran Berdiferensiasi
Aksi Nyata
Modul 2.1 ini saya mempraktikan pembelajaran berdiferensiasi Mapel Informatika Kelas
8A dengan menekankan pada diferensiasi proses dan produk hasil belajar.
Pembelajaran ini disesuaikan dengan RPP yang telah disusun pada Demonstrasi
Kontekstual Modul 2.1 mengenai Dampak Sosial Informatika.
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan
1) Siswa melakukan do’a sebelum belajar
(Guru meminta seorang Siswa untuk memimpin do’a).
2) Guru mengecek kehadiran Siswa dan
meminta siswa untuk mempersiapkan perlengkapan dan peralatan yang diperlukan.
3) Siswa menerima informasi tentang
pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan materi yang memiliki keterkaitan
dengan materi sebelumnya.
4) Siswa menerima informasi tentang
kompetensi, ruang lingkup materi, tujuan, manfaat, langkah pembelajaran, metode
penilaian yang akan dilaksanakan yang ditayangkan melalui proyektor / LCD /
Infokus
5) Guru bertanya kepada siswa mencari
informasi tentang dampak positif dan negatif teknologi, khususnya teknologi
informasi terhadap produktivitas kepada siswa, sebagai peransang dalam
pembelajaran di kelas.
Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan dampak teknologi
informasi dan komunikasi bagi masyarakat yang mempengaruhi budaya masyarakat.
2. Guru dapat menjelaskan dengan
menggunakan slide presentasi atau video.
3. Guru menjelaskan dan mendemokan
kolaborasi online di internet, dengan menggunakan salah satu perkakas, yaitu
Google Slides atau Google Jamboard.
4. Guru mengarahkan siswa untuk
melaksanakan kegiatan ayo kita diskusikan DSI-K7-01 pada buku siswa dengan
membagi siswa dalam kelompok. Kelompok ditetapkan berdasarkan minat siswa pada
teknologi yang menjadi topik diskusi. Minat siswa akan bekerja di sektor mana
ketika dewasa nanti.
5. Setelah kelompok terbentuk, guru
menjelaskan bagaimana pembagian peran dan tugas dari tiap anggota kelompok sebagai implementasi kesadaran sosial dan keterampilan berelasi. Bagaimana
menjelaskan diskusi dengan baik, yang dapat menggunakan brainstorming placemat
berikut.
6. Setiap siswa akan berpendapat pada
empat kotak dan hasil yang disetujui diletakkan pada lingkaran tengah.
Guru melakukan diferensiasi produk
1. Hasil yang disepakati selanjutnya
dibuatkan resume dalam bentuk poster/presentasi dengan menggunakan media yang
dipilihnya sendiri.
2. Siswa mempresentasikan poster hasil
diskusi, guru memberikan umpan balik untuk meluruskan konsep yang tidak tepat.
3. Murid memberikan
apresiasi atas pekerjaan teman-temannya dengan
memberikan saran dan komentar
menggunakan kertas sticky notes sebagai bentuk implementasi.
4. Murid membuat kesimpulan hasil
diskusi yang telah dilakukan sebagai
bentuk implementasi.
Penutup
1. Guru memberikan penguatan kembali
tentang dampak teknologi informasi dan komunikasi bagi masyarakat yang
mempengaruhi budaya masyarakat.
2. Guru melakukan refleksi
pembelajaran yang sudah berlangsung :
a. Apa
saja pelajaran penting
yang sudah dipelajari hari ini?
b. Pada
bagian mana yang paling
menarik dan disukai pada
pembelajaran hari ini? Mengapa?
c. Tantangan apa
yang masih kalian temui dalam mempelajari materi ini? Bagaimana
kamu akan berlatih
untuk mengatasi tantangan
tersebut? (Pengelolaan diri)
3. Murid membuat rangkuman dengan
bimbingan guru tentang hal-hal penting
dalam kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan
materi yang telah dipelajari.
Guru
menutup kegiatan pembelajaran dengan do’a bersama-sama.
Ruang Kolabarosi Sesi 2 Modul 2.2
Ruang Kolabarosi Sesi 2 Modul
2.2 ini dilaksanakan pada Jumat, 9 September 2024 pada pukul 14.00 s/d 16.35
WITA. Dalam Rukol ini kami mempresentasikan hasil dari diskusi kelompok RENDA
mengenai 5 ide penerapan 5 KSE sesuai dengan karakteristik jenjang pendidikan SMK
yang dituliskan dalam tabel 3.1. dengan menggunakan
prinsip ATM (amati - tiru dan modifikasi) dari berbagai ide yang sudah telah
kami pelajari dalam modul maupun sumber lainnya sebagai referensi. Serta Menyusun
ide penguatan pembelajaran 5 KSE
untuk PTK.
Pembelajaran Sosial dan
Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh
seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang
dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat:
- Memahami, menghayati, dan mengelola emosi
(kesadaran diri)
- Menetapkan dan mencapai tujuan positif
(pengelolaan diri)
- Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang
lain (kesadaran sosial)
- Membangun dan mempertahankan hubungan yang
positif (keterampilan berelasi)
- Membuat keputusan yang bertanggung jawab.
(pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)
KSE
yang dikembangkan |
Bentuk Implementasi (Pengajaran
Eksplisit/Integrasi Praktek Mengajar Guru dan Kurikulum Akademik/Penciptaan
Iklim Kelas dan Budaya Sekolah ) |
Skenario Penerapan |
|
Deskripsi
Kegiatan Pembelajaran (apa yang
dilakukan dan dikatakan guru) |
Deskripsi
tambahan: Siapa yang terlibat, di
mana, waktu dan durasi, dan
kebutuhan/perlengkapan |
||
Kesadaran Diri |
Penciptaan
Iklim Kelas dan Budaya Sekolah : Membentuk Keyakinan Kelas
|
Yang dilakukan guru: mengajak murid secara bersama-sama
membentuk keyakinan kelas. Yang dikatakan guru : “mari kita secara bersama-sama membentuk
keyakinan kelas untuk kita yakini bersama sebagai bentuk perwujudan budaya
positif di sekolah kita” |
Kegiatan tersebut melibatkan seluruh murid
dan wali kelas di masing - masing kelas. Kegiatan dilaksanakan di dalam kelas
pada awal tahun ajaran baru. Perlengkapan yang dibutuhkan: papan tulis, spidol, post it, dan
kertas manila/karton. |
Manajemen
Diri |
Integrasi
Praktek Mengajar Guru dan Kurikulum Akademik : Ice Breaking |
Guru mengajak murid bersama - sama
melakukan salah satu kegiatan ice breaking. Yang dikatakan guru adalah “mari kita bersama - sama melakukan pelemasan
otot dan otak untuk lebih rileks dan mengecek apakah kita masih fokus, ikuti
perintah ibu…. pegang hidung… pegang telinga… pegang kepala… jika semua murid bisa melaksanakan
petunjuk guru maka semua murid masih bersemangat, namun jika ada murid yang
bertindak tidak sesuai perintah beraarti murid gagal fokus dan perlu
istirahat sebentar” |
Kegiatan ice breaking dilakukan oleh guru dan murid di kelas saat di
sela jam belajar dengan menghabiskan waktu 5 menit dengan memanfaatkan
keseimbangan otak, tangan, dan telinga. |
Kesadaran Sosial |
Penciptaan
iklim kelas dan budaya
sekolah : Budaya berterimakasih
|
Guru meminta memberikan ucapan terima kasih kepada temannya atau orang lain yang telah berjasa atau membantunya Yang
dikatakan guru: “anak-anak silahkan memberikan ucapan terima kasih kepada
teman atau orang lain yang telah berjasa membantu kalian dalam kegiatan
kalian sehari-hari”. |
●
Yang
terlibat : guru dan murid ●
Tempat : di ruang kelas ●
Waktu : 2
– 5 menit sebelum pelajaran di mulai ●
Kebutuhan/perlengkapan
Kertas/lembar ucapan terima kasih |
Keterampilan
Relasi |
Mengintegrasikan
Kompetensi Sosial Emosional (KSE) ke dalam praktik mengajar guru dan gaya
interaksi dengan murid melalui kerja kelompok murid |
1.
Guru
membagi murid menjadi beberapa kelompok yang heterogen 2.
Meminta
murid memecahkan permasalahan bersama dalam kelompok Hal yang
dikatakan guru: “Setelah kalian tadi membaca topik dan
menyimak kasus yang diberikan dalam LKPD, silahkan pecahkan kasus tersebut
bersama-sama dalam kelompok masing-masing. Silahkan kalian bekerja sama
dengan baik, kompak antar sesama anggota kelompok kalian. Agar masalah dapat
dipecahkan bersama, gunakan bahasa yang baik dan mudah dipahami”. |
●
Yang
terlibat adalah guru dan murid ●
Dilakukan di dalam kelas ●
Saat
pembelajaran bagian inti dengan durasi waktu 20 menit ●
Yang
dibutuhkan adalah LKPD |
Pengambilan
Keputusan yang Bertanggung Jawab |
Pengajaran
Eksplisit: Pemilihan Ketua OSIS |
Guru mengajak murid memberikan hak
suaranya dalam pemilihan ketua OSIS
sesuai hati nuraninya setelah menyimak visi misi yang disampaikan oleh
masing-masing bakal calon. Yang
dikatakan guru: “anak-anak silahkan gunakan hak suara kalian untuk memilih
ketua OSIS agar dapat mewakili kalian dalam menyuarakan hak-hak dan
saran-saran kalian” |
Kegiatan tersebut melibatkan seluruh murid,
dilaksanakan di masing-masing kelas selama 15 menit. Perlengkapan yang
dibutuhkan: surat
suara, kotak pemungutan suara, dan alat tulis. |