17 September 2024

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.3 Visi Guru Penggerak



Pada kesempatan ini saya akan memaparkan refleksi selama mengikuti pembelajaran Daring yang sudah dilakukan pada Modul 1.2 Tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak. Dalam menulis jurnal refleksi ini saya menggunakan model  model 4C  (Connectian; 2. Concep; 3. Challenge; dan 4. Change)





Aksi Nyata Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional




  1. Peristiwa : 

Dalam melakukan berbagi  praktik Pembelajaran sosial emosiaonal (PSE) kepada rekan sejawat terlihat Bpk/ibu cukup antusias walaupun tanpa disadari mereka sudah pernah menerapkan di dalam kelas hanya saja belum rutin dilakukan serta belum terintegrasi dalam perangkat pembelajaran (RPP). Rekan sejawat yang mendapatkan diseminasi banyak bertanya terkait RPP yang terintegrasi dengan PSE. Pada diseminasi ini saya berusaha mewujudkan Pembelajaran sosial emosianal (PSE) dengan menggunakan kesadaran penuh (mindfulness) demi mewujudkan kesejahtraan sosial (well-being).

  1. Perasan : 

Pada kegiatan berbagi Aksi Nyata ini saya masih dalam tahap belajar, karena sebelum mengikuti PGP ini saya sangat jarang  sekali melakukan kegiatan Pembelajaran Sosial Emosional. Ada kekhawatiran dari saya tidak dapat berbagi secara maksimal. Tapi syukurnya di sekolah kami saat ini ada 7 orang yang mengikuti PGP sehingga kami banyak berdiskusi bagaimana cara terbaik mengintegrasikan PSE kedalam Modul Ajar/ RPP dan berbagi pemahaman tentang PSE kepada rekan sejawat.



  1. Pembelajaran :

Kegiatan berbagi praktik baik/ aksi nyata PSE ini merupakan bentuk pengembangan profesional yang berkelanjutan. Kegiatan berbagi aksi nyata PSE merupakan investasi yang sangat berharga bagi pengembangan profesional guru dan peningkatan kualitas pendidikan. Dengan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif dan mendukung bagi semua siswa. 

Umpan balik yang di dapatkan dari kegiatan ini adalah bagaiman mempratikan kesadaran penuh (mindfulness) kepada rekan-rekan guru sebelum diterapkan kepada murid-murid dalam mengelola sosial emosional menjadi energi positif. Dengan mindfulness melalui teknik STOP kita dapat memfokuskan diri dan menghilangkan kepenatan yang ada dalam diri, sehingga dapat menyerap ketenangan dan energi positif sehingga dapat menstabilkan jiwa dan pikiran

  1. Penerapan :

Saya ingin menerapkan Pembelajaran Sosial Emosional kepada seluruh murid dengan kesadaran penuh (mindfulness) maupun implementasi 5 PSE yang lain dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa mampu mengelola sosial emosionalnya dan menjadi individu yang utuh, tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dengan kesadaran diri, manajemen diri, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

 


16 September 2024

Koneksi Antar Materi Modul 2.2

 

 

Apa kesimpulan tentang perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai pemimpin pembelajaran setelah mempelajari pembelajaran sosial dan emosional?

Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) merupakan pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses Kolaborasi ini memungkinkan murid, pendidik, dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat:

·         Memahami, menghayati, dan  mengelola emosi  (kesadaran diri)

·         Menetapkan dan mencapai tujuan positif  (pengelolaan diri)

·         Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)

·       Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)

·   Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab).

Urgensi Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman  agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.

Dalam penelitian tentang Pembelajaran Sosial dan Emosional:

·    Guru yang memiliki kompetensi sosial dan emosional yang baik lebih efektif dan cenderung lebih resilien/tangguh dan merasa nyaman di kelas  karena mereka dapat bekerja lebih baik dengan murid.

·    Adanya keterkaitan antara kecakapan sosial dan emosional yang diukur ketika TK dan hasil ketika dewasa di bidang pendidikan, pekerjaan, pelanggaran hukum, dan kesehatan mental.

Pembahasan di atas sejalan dengan peran pendidik  yang disampaikan Ki Hajar Dewantara. Pendidik adalah  penuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak,  agar  mereka  sebagai  manusia dan anggota  masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.  

Kesadaran akan  proses pendidikan yang dapat menuntun tumbuh kembang murid secara holistik  sudah menjadi perhatian pendidik sejak lama. Kesadaran ini berawal dari teori Kecerdasan Emosi Daniel Goleman, dikembangkanlah CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) pada tahun 1995 (www.casel.org) sebagai konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE). Konsep PSE berdasarkan berdasarkan kerangka CASEL tersebut dikembangkan Daniel Goleman bersama sekelompok pendidik, peneliti, dan pendamping anak. PSE berbasis penelitian ini, bertujuan untuk  mendorong perkembangan anak secara positif dengan program yang terkoordinasi  antara berbagai pihak dalam komunitas sekolah.

Dengan mencermati diagram  hasil di atas, kita semakin memahami urgensi  PSE, yaitu peningkatan kompetensi sosial dan emosional, terciptanya lingkungan belajar yang lebih positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah. Selain itu, PSE di kelas terbukti dapat menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik. PSE memberikan pondasi yang kuat bagi murid untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luar akademik, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.

Well-being  adalah sebuah kondisi  individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.

 

Apa kaitan pembelajaran sosial dan emosional yang telah anda pelajari dengan modul-modul sebelumnya?

·   Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 1.1 Filofofi Pemikiran KHD. Dengan pembelajaran sosial emosional guru dapat menciptakan well-being dalam ekosistem pendidikan di sekolah, Sehingga menciptakan kondisi yang nyaman, sehat, dan bahagia. Hal ini sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yakni menuntun kodrat anak agar mencapai keselamatan yang setinggi-tingginya sehingga anak akan senang dan semangat dalam proses belajarnya.

·    Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 1.2 Nilai-nilai dan peran Guru Penggerak. Dalam pembelajaran sosial dan emosional, guru dapat menumbuhkan nilai dan peran pada guru dan murid dalam pengelolaan emosi sehingga nilai kemandirian dan pembelajaran yang berpusat pada murid serta peran guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran dan mendorong kolaborasi dapat tercapai dan berjalan seimbang.

·      Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 1.3 Visi Guru Penggerak. Dalam pembelajaran sosial emosional dapat mewujudkan visi yang diharapkan dengan melakukan prakarsa perubahan dengan memberikan pembelajaran kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, kemampuan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab sehingga diharapkan dapat mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

·  Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 1.4 Budaya Positif. Dalam pembelajaran sosial dan emosional, guru dan murid dapat mengenali dan memahami emosi masing-masing sehingga mampu mengontrol diri dan dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, aman, dan nyaman yang berpengaruh dalam penerapan budaya positif baik berupa disiplin positif maupun keyakinan kelas dengan sebaik mungkin.

·         Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 2.1 Pembelajaran Untuk Memenuhi Kebutuhan Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi. Dalam pembelajaran sosial emosional guru dapat melakukan pembelajaran dengan mengidentifikasi perasaan dan emosi. Hal ini sejalan dengan pembelajaran berdiferensiasi yang memetakan kebutuhan murid diantaranya kesiapan murid, minat, dan profil belajar murid dengan menggunakan strategi diferensiasi konten, proses, dan produk, sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan murid agar pembelajaran semakin menyenangkan dan dapat mewujudkan merdeka belajar.

 

Sebelum mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa kompetensi sosial emosional murid akan terbentuk dengan sendirinya sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan murid sehingga dalam pembelajaran di kelas saya lebih berfokus fokus pada proses penyampaian materi (kognitif) sesuai dengan kurikulum. Setelah mempelajari modul ini, ternyata pembelajaran berbasis sosial emosional perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa kesiapan , ketertarikan, dan fokus murid dalam memulai pembelajaran untuk adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman  agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.

Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being),  3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari adalah:

·         5 kompetensi sosial emosional melalui peningkatan perilaku positif.

·    Kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar penguatan kompetensi sosial emosional.

·         Pengintergasian KSE di kelas maupun di lingkungan sekolah.

 

Berkaitan dengan soal diatas, perubahan yang akan saya terapkan di  kelas dan sekolah:

·         bagi murid-murid:

menerapkan KSE dalam pembelajaran dan memasukan implementasi KSE tersebut dimodul ajar.

·         bagi rekan sejawat:

berbagi praktek baik penerapan KSE dalam pembelajaran, berupaya konsisten untuk menjadi rekan yang baik, teladan, menjalin komunikasi dan berkolaborasi dengan baik.


Demonstrasi Konstektual - Modul 2.2

 


Tugas CGP pada Demonstrasi Konstektual - Modul 2.2 ini yaitu Membuat Rencana Implementasi Pembelajaran Sosial dan Emosional bagi murid di Kelas dengan ketentuan:

Tentukan  minimal 2 kompetensi sosial dan emosional  (KSE) yang akan Anda implementasikan. Berikan alasan pemilihan KSE tersebut. 

1)  Kompetensi KSE yang saya implementasikan yaitu  Kesadaran Diri. dalam pembukaan hangat melalui kegiatan “Mengenali Emosi Diri”.  Hal ini bertujuan untuk mengetahui emosi yang dirasakan siswa sebelum memulai pembelajaran.

Langkah kegiatannya yaitu :

·     Guru menyiapkan poster bergambar EMOJI diantaranya ada emosi marah, dicintai, sedih, senang, takut, bersemangat, santai, dan biasa saja. Poster tersebut bisa ditempel di dinding yang gampang dijangkau anak-anak.

·   Guru membagikan Post It kepada siswa dan meminta mereka menuliskan nama mereka pada post it tersebut. Lalu murid menempelkan post it tersebut di poster emoji yang menggambarkan emosi mereka saat ini

2.  KSE ke-2 yang saya terapkan yaitu  dalam pembukaan hangat melalui kegiatan “Mengelola Emosi Diri”  untuk mengelola emosi yang dirasakan agar dapat memahami keadaan diri sendiri maupun lingkungan sekitar. KSE yang dikembangkan pada kegiatan ini adalah Manajemen Diri. Langkah kegiatannya yaitu :

-   Guru meminta murid berhenti dari aktifitasnya dan guru memandu murid untuk melakukan tehnik STOP sebagai berikut : 

·         Guru mengajak siswa untuk berhenti sejenak dari kegiatan yang dilakukan

·         Guru memandu siswa untuk mengambil nafas sejenak

·   Guru membimbing siswa untuk mengamati  sensasi pada tubuh, pikiran perasaan dan keadaan sekitarnya.

·         Setelah selesai siswa dapat kembali fokus pada kegiatan yang dilakukan 

·         Guru meminta siswa  menuliskan perasaannya setelah kegiatan STOP

 RPP selengkapnya dapat dilihat dibawah ini!


14 September 2024

Elaborasi Pemahaman Modul 2.2



Poin-poin utama yang dibahas pada elaborasi modul 2.2 yang disampaikan oleh instruktur

  • Tujuan PSE: Meningkatkan kompetensi sosial emosional siswa agar mereka dapat berinteraksi dengan baik dengan orang lain, mengambil keputusan yang bertanggung jawab, dan mencapai tujuan hidup.
  • Tantangan dalam implementasi PSE:
    • Konsep yang luas: PSE mencakup banyak aspek, mulai dari kesadaran diri hingga keterampilan berelasi, sehingga sulit untuk didefinisikan secara pasti.
    • Perbedaan antara teori dan praktik: Seringkali ada kesenjangan antara teori tentang PSE dengan praktik pembelajaran di kelas.
    • Kurangnya waktu: Guru seringkali merasa kesulitan untuk menyisipkan pembelajaran PSE ke dalam jadwal yang padat.
  • Strategi pembelajaran PSE:
    • Pembelajaran berbasis proyek: Siswa diajak untuk mengerjakan proyek yang melibatkan kerja sama dan pemecahan masalah.
    • Pembelajaran berpusat pada siswa: Siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi minat mereka.
    • Guru sebagai model: Guru berperan sebagai role model dalam menunjukkan perilaku sosial emosional yang positif.
  • Koneksi dengan kurikulum: Pembelajaran PSE dapat diintegrasikan ke dalam berbagai mata pelajaran, seperti Pancasila dan bahasa Indonesia.
  • Pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman: Lingkungan belajar yang positif sangat penting untuk mendukung perkembangan sosial emosional siswa.

Kesimpulan

Pembicara menekankan bahwa pembelajaran sosial emosional adalah hal yang sangat penting untuk pengembangan siswa secara keseluruhan. Namun, masih banyak tantangan yang harus diatasi dalam implementasinya. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang PSE dan strategi pembelajaran yang tepat, diharapkan pembelajaran sosial emosional dapat diterapkan secara efektif di sekolah.


11 September 2024

Aksi Nyata Pembelajaran Berdiferensiasi

 


Aksi Nyata Modul 2.1 ini saya mempraktikan pembelajaran berdiferensiasi Mapel Informatika Kelas 8A dengan menekankan pada diferensiasi proses dan produk hasil belajar. Pembelajaran ini disesuaikan dengan RPP yang telah disusun pada Demonstrasi Kontekstual Modul 2.1 mengenai Dampak Sosial Informatika.

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Pendahuluan

1)   Siswa melakukan do’a sebelum belajar (Guru meminta seorang Siswa untuk memimpin do’a).

2)   Guru mengecek kehadiran Siswa dan meminta siswa untuk mempersiapkan perlengkapan dan peralatan yang diperlukan.

3)   Siswa menerima informasi tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan materi yang memiliki keterkaitan dengan materi sebelumnya.

4)   Siswa menerima informasi tentang kompetensi, ruang lingkup materi, tujuan, manfaat, langkah pembelajaran, metode penilaian yang akan dilaksanakan yang ditayangkan melalui proyektor / LCD / Infokus

5)   Guru bertanya kepada siswa mencari informasi tentang dampak positif dan negatif teknologi, khususnya teknologi informasi terhadap produktivitas kepada siswa, sebagai peransang dalam pembelajaran di kelas.

Kegiatan Inti

1.    Guru menjelaskan dampak teknologi informasi dan komunikasi bagi masyarakat yang mempengaruhi budaya masyarakat.

2.    Guru dapat menjelaskan dengan menggunakan slide presentasi atau video.

3.    Guru menjelaskan dan mendemokan kolaborasi online di internet, dengan menggunakan salah satu perkakas, yaitu Google Slides atau Google Jamboard.

4.    Guru mengarahkan siswa untuk melaksanakan kegiatan ayo kita diskusikan DSI-K7-01 pada buku siswa dengan membagi siswa dalam kelompok. Kelompok ditetapkan berdasarkan minat siswa pada teknologi yang menjadi topik diskusi. Minat siswa akan bekerja di sektor mana ketika dewasa nanti.

5.      Setelah kelompok terbentuk, guru menjelaskan bagaimana pembagian peran dan tugas dari tiap anggota kelompok sebagai implementasi  kesadaran sosial  dan keterampilan berelasi. Bagaimana menjelaskan diskusi dengan baik, yang dapat menggunakan brainstorming placemat berikut.

6.    Setiap siswa akan berpendapat pada empat kotak dan hasil yang disetujui diletakkan pada lingkaran tengah.

Guru melakukan diferensiasi produk

1.      Hasil yang disepakati selanjutnya dibuatkan resume dalam bentuk poster/presentasi dengan menggunakan media yang dipilihnya sendiri.

2.    Siswa mempresentasikan poster hasil diskusi, guru memberikan umpan balik untuk meluruskan konsep yang tidak tepat.

3.      Murid  memberikan  apresiasi  atas  pekerjaan teman-temannya  dengan  memberikan  saran dan   komentar  menggunakan   kertas   sticky notes       sebagai       bentuk      implementasi.

4.      Murid membuat kesimpulan hasil diskusi yang telah  dilakukan  sebagai  bentuk implementasi.

Penutup

1.      Guru memberikan penguatan kembali tentang dampak teknologi informasi dan komunikasi bagi masyarakat yang mempengaruhi budaya masyarakat.

2.      Guru melakukan refleksi pembelajaran  yang sudah berlangsung :

a.       Apa  saja  pelajaran  penting  yang  sudah dipelajari hari ini?

b.      Pada  bagian  mana  yang paling  menarik dan  disukai  pada  pembelajaran  hari  ini? Mengapa?

c.       Tantangan  apa  yang masih  kalian  temui dalam mempelajari materi ini? Bagaimana kamu   akan   berlatih    untuk  mengatasi tantangan tersebut? (Pengelolaan diri)

3.      Murid membuat rangkuman dengan bimbingan guru tentang  hal-hal  penting  dalam  kegiatan pembelajaran  yang berkaitan  dengan  materi yang telah dipelajari.

Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan do’a bersama-sama.

 


Ruang Kolabarosi Sesi 2 Modul 2.2

 


Ruang Kolabarosi Sesi 2 Modul 2.2 ini dilaksanakan pada Jumat, 9 September 2024 pada pukul 14.00 s/d 16.35 WITA. Dalam Rukol ini kami mempresentasikan hasil dari diskusi kelompok RENDA mengenai 5 ide penerapan 5 KSE sesuai dengan karakteristik jenjang pendidikan SMK  yang  dituliskan dalam tabel 3.1. dengan menggunakan prinsip ATM (amati - tiru dan modifikasi) dari  berbagai ide yang sudah telah kami pelajari dalam modul maupun sumber lainnya sebagai referensi. Serta Menyusun  ide penguatan pembelajaran 5  KSE untuk PTK.

Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat:

  • Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri)
  • Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
  • Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
  • Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)
  • Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)

  Tabel 3.1  Ide Implementasi Pembelajaran  Sosial dan Emosional untuk Murid

 

 

KSE  yang dikembangkan

Bentuk Implementasi

(Pengajaran Eksplisit/Integrasi Praktek Mengajar Guru dan Kurikulum Akademik/Penciptaan Iklim Kelas dan Budaya Sekolah )

Skenario Penerapan

Deskripsi Kegiatan Pembelajaran

(apa yang dilakukan dan dikatakan guru)

Deskripsi tambahan: Siapa yang terlibat,  di mana, waktu dan durasi,  dan kebutuhan/perlengkapan

Kesadaran Diri

Penciptaan Iklim Kelas dan Budaya Sekolah : Membentuk Keyakinan Kelas

 

Yang dilakukan guru: mengajak murid secara bersama-sama membentuk keyakinan kelas.

Yang dikatakan guru : “mari kita secara bersama-sama membentuk keyakinan kelas untuk kita yakini bersama sebagai bentuk perwujudan budaya positif di sekolah kita

Kegiatan tersebut melibatkan seluruh murid dan wali kelas di masing - masing kelas. Kegiatan dilaksanakan di dalam kelas pada awal tahun ajaran baru. Perlengkapan yang dibutuhkan: papan tulis, spidol, post it, dan kertas manila/karton.

Manajemen Diri

Integrasi Praktek Mengajar Guru dan Kurikulum Akademik : Ice Breaking

Guru mengajak murid bersama - sama melakukan salah satu kegiatan ice breaking. Yang dikatakan guru adalah “mari kita bersama - sama melakukan pelemasan otot dan otak untuk lebih rileks dan mengecek apakah kita masih fokus, ikuti perintah ibu…. pegang hidung… pegang telinga… pegang kepala… jika semua murid bisa melaksanakan petunjuk guru maka semua murid masih bersemangat, namun jika ada murid yang bertindak tidak sesuai perintah beraarti murid gagal fokus dan perlu istirahat sebentar”

Kegiatan ice breaking dilakukan oleh guru dan murid di kelas saat di sela jam belajar dengan menghabiskan waktu 5 menit dengan memanfaatkan keseimbangan otak, tangan, dan telinga. 

Kesadaran Sosial

Penciptaan iklim kelas dan

budaya sekolah : Budaya berterimakasih

 

Guru meminta memberikan ucapan terima kasih kepada

temannya atau orang lain yang telah berjasa atau membantunya

Yang dikatakan guru: “anak-anak silahkan memberikan ucapan terima kasih kepada teman atau orang lain yang telah berjasa membantu kalian dalam kegiatan kalian sehari-hari”.

     Yang terlibat : guru dan murid 

      Tempat : di ruang kelas

     Waktu : 2 – 5  menit sebelum pelajaran di mulai

     Kebutuhan/perlengkapan Kertas/lembar  ucapan terima kasih

Keterampilan Relasi

Mengintegrasikan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) ke dalam praktik mengajar guru dan gaya interaksi dengan murid melalui kerja kelompok murid

1.    Guru membagi murid menjadi beberapa kelompok yang heterogen

2.    Meminta murid memecahkan permasalahan bersama dalam kelompok

Hal yang dikatakan guru:

“Setelah kalian tadi membaca topik dan menyimak kasus yang diberikan dalam LKPD, silahkan pecahkan kasus tersebut bersama-sama dalam kelompok masing-masing. Silahkan kalian bekerja sama dengan baik, kompak antar sesama anggota kelompok kalian. Agar masalah dapat dipecahkan bersama, gunakan bahasa yang baik dan mudah dipahami”.

     Yang terlibat adalah guru dan murid

      Dilakukan di dalam kelas

     Saat pembelajaran bagian inti dengan durasi waktu 20 menit

     Yang dibutuhkan adalah LKPD

Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab

Pengajaran Eksplisit: Pemilihan Ketua OSIS

Guru mengajak murid memberikan hak suaranya dalam pemilihan ketua OSIS sesuai hati nuraninya setelah menyimak visi misi yang disampaikan oleh masing-masing bakal calon.

Yang dikatakan guru: “anak-anak silahkan gunakan hak suara kalian untuk memilih ketua OSIS agar dapat mewakili kalian dalam menyuarakan hak-hak dan saran-saran kalian”

Kegiatan tersebut melibatkan seluruh murid, dilaksanakan di masing-masing kelas selama 15 menit. Perlengkapan yang dibutuhkan: surat suara, kotak pemungutan suara, dan alat tulis.