16 September 2024

,

Koneksi Antar Materi Modul 2.2

 

 

Apa kesimpulan tentang perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai pemimpin pembelajaran setelah mempelajari pembelajaran sosial dan emosional?

Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) merupakan pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses Kolaborasi ini memungkinkan murid, pendidik, dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat:

·         Memahami, menghayati, dan  mengelola emosi  (kesadaran diri)

·         Menetapkan dan mencapai tujuan positif  (pengelolaan diri)

·         Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)

·       Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)

·   Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab).

Urgensi Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman  agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.

Dalam penelitian tentang Pembelajaran Sosial dan Emosional:

·    Guru yang memiliki kompetensi sosial dan emosional yang baik lebih efektif dan cenderung lebih resilien/tangguh dan merasa nyaman di kelas  karena mereka dapat bekerja lebih baik dengan murid.

·    Adanya keterkaitan antara kecakapan sosial dan emosional yang diukur ketika TK dan hasil ketika dewasa di bidang pendidikan, pekerjaan, pelanggaran hukum, dan kesehatan mental.

Pembahasan di atas sejalan dengan peran pendidik  yang disampaikan Ki Hajar Dewantara. Pendidik adalah  penuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak,  agar  mereka  sebagai  manusia dan anggota  masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.  

Kesadaran akan  proses pendidikan yang dapat menuntun tumbuh kembang murid secara holistik  sudah menjadi perhatian pendidik sejak lama. Kesadaran ini berawal dari teori Kecerdasan Emosi Daniel Goleman, dikembangkanlah CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) pada tahun 1995 (www.casel.org) sebagai konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE). Konsep PSE berdasarkan berdasarkan kerangka CASEL tersebut dikembangkan Daniel Goleman bersama sekelompok pendidik, peneliti, dan pendamping anak. PSE berbasis penelitian ini, bertujuan untuk  mendorong perkembangan anak secara positif dengan program yang terkoordinasi  antara berbagai pihak dalam komunitas sekolah.

Dengan mencermati diagram  hasil di atas, kita semakin memahami urgensi  PSE, yaitu peningkatan kompetensi sosial dan emosional, terciptanya lingkungan belajar yang lebih positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah. Selain itu, PSE di kelas terbukti dapat menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik. PSE memberikan pondasi yang kuat bagi murid untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luar akademik, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.

Well-being  adalah sebuah kondisi  individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.

 

Apa kaitan pembelajaran sosial dan emosional yang telah anda pelajari dengan modul-modul sebelumnya?

·   Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 1.1 Filofofi Pemikiran KHD. Dengan pembelajaran sosial emosional guru dapat menciptakan well-being dalam ekosistem pendidikan di sekolah, Sehingga menciptakan kondisi yang nyaman, sehat, dan bahagia. Hal ini sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yakni menuntun kodrat anak agar mencapai keselamatan yang setinggi-tingginya sehingga anak akan senang dan semangat dalam proses belajarnya.

·    Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 1.2 Nilai-nilai dan peran Guru Penggerak. Dalam pembelajaran sosial dan emosional, guru dapat menumbuhkan nilai dan peran pada guru dan murid dalam pengelolaan emosi sehingga nilai kemandirian dan pembelajaran yang berpusat pada murid serta peran guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran dan mendorong kolaborasi dapat tercapai dan berjalan seimbang.

·      Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 1.3 Visi Guru Penggerak. Dalam pembelajaran sosial emosional dapat mewujudkan visi yang diharapkan dengan melakukan prakarsa perubahan dengan memberikan pembelajaran kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, kemampuan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab sehingga diharapkan dapat mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

·  Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 1.4 Budaya Positif. Dalam pembelajaran sosial dan emosional, guru dan murid dapat mengenali dan memahami emosi masing-masing sehingga mampu mengontrol diri dan dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, aman, dan nyaman yang berpengaruh dalam penerapan budaya positif baik berupa disiplin positif maupun keyakinan kelas dengan sebaik mungkin.

·         Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 2.1 Pembelajaran Untuk Memenuhi Kebutuhan Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi. Dalam pembelajaran sosial emosional guru dapat melakukan pembelajaran dengan mengidentifikasi perasaan dan emosi. Hal ini sejalan dengan pembelajaran berdiferensiasi yang memetakan kebutuhan murid diantaranya kesiapan murid, minat, dan profil belajar murid dengan menggunakan strategi diferensiasi konten, proses, dan produk, sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan murid agar pembelajaran semakin menyenangkan dan dapat mewujudkan merdeka belajar.

 

Sebelum mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa kompetensi sosial emosional murid akan terbentuk dengan sendirinya sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan murid sehingga dalam pembelajaran di kelas saya lebih berfokus fokus pada proses penyampaian materi (kognitif) sesuai dengan kurikulum. Setelah mempelajari modul ini, ternyata pembelajaran berbasis sosial emosional perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa kesiapan , ketertarikan, dan fokus murid dalam memulai pembelajaran untuk adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman  agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.

Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being),  3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari adalah:

·         5 kompetensi sosial emosional melalui peningkatan perilaku positif.

·    Kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar penguatan kompetensi sosial emosional.

·         Pengintergasian KSE di kelas maupun di lingkungan sekolah.

 

Berkaitan dengan soal diatas, perubahan yang akan saya terapkan di  kelas dan sekolah:

·         bagi murid-murid:

menerapkan KSE dalam pembelajaran dan memasukan implementasi KSE tersebut dimodul ajar.

·         bagi rekan sejawat:

berbagi praktek baik penerapan KSE dalam pembelajaran, berupaya konsisten untuk menjadi rekan yang baik, teladan, menjalin komunikasi dan berkolaborasi dengan baik.


0 comments:

Posting Komentar