Apa kesimpulan tentang perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai pemimpin pembelajaran setelah mempelajari pembelajaran sosial dan emosional?
Pembelajaran Sosial Emosional (PSE)
merupakan pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas
sekolah. Proses Kolaborasi ini memungkinkan murid, pendidik, dan tenaga
kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat:
·
Memahami, menghayati, dan
mengelola emosi (kesadaran diri)
·
Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
·
Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran
sosial)
· Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif
(keterampilan berelasi)
· Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab).
Urgensi Pembelajaran Sosial dan
Emosional adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat
meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being)
secara optimal.
Dalam penelitian tentang Pembelajaran
Sosial dan Emosional:
· Guru yang memiliki kompetensi sosial dan emosional yang baik
lebih efektif dan cenderung lebih resilien/tangguh dan merasa nyaman di
kelas karena mereka dapat bekerja lebih
baik dengan murid.
· Adanya keterkaitan antara kecakapan sosial dan emosional yang
diukur ketika TK dan hasil ketika dewasa di bidang pendidikan, pekerjaan,
pelanggaran hukum, dan kesehatan mental.
Pembahasan di atas sejalan dengan
peran pendidik yang disampaikan Ki Hajar
Dewantara. Pendidik adalah penuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak,
agar mereka sebagai
manusia dan anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Kesadaran akan proses pendidikan yang dapat menuntun tumbuh
kembang murid secara holistik sudah
menjadi perhatian pendidik sejak lama. Kesadaran ini berawal dari teori
Kecerdasan Emosi Daniel Goleman, dikembangkanlah CASEL (Collaborative for
Academic, Social and Emotional Learning) pada tahun 1995 (www.casel.org)
sebagai konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE). Konsep PSE berdasarkan
berdasarkan kerangka CASEL tersebut dikembangkan Daniel Goleman bersama
sekelompok pendidik, peneliti, dan pendamping anak. PSE berbasis penelitian
ini, bertujuan untuk mendorong
perkembangan anak secara positif dengan program yang terkoordinasi antara berbagai pihak dalam komunitas
sekolah.
Dengan mencermati diagram hasil di atas, kita semakin memahami
urgensi PSE, yaitu peningkatan
kompetensi sosial dan emosional, terciptanya lingkungan belajar yang lebih
positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang
lain dan lingkungan sekolah. Selain itu, PSE di kelas terbukti dapat
menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik. PSE memberikan pondasi yang
kuat bagi murid untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luar
akademik, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.
Well-being adalah sebuah kondisi individu yang memiliki sikap yang positif
terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur
tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan
dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup
mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.
Apa kaitan pembelajaran sosial dan
emosional yang telah anda pelajari dengan modul-modul sebelumnya?
· Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 1.1
Filofofi Pemikiran KHD. Dengan pembelajaran sosial emosional guru dapat
menciptakan well-being dalam ekosistem pendidikan di sekolah, Sehingga
menciptakan kondisi yang nyaman, sehat, dan bahagia. Hal ini sejalan dengan
pemikiran Ki Hajar Dewantara yakni menuntun kodrat anak agar mencapai
keselamatan yang setinggi-tingginya sehingga anak akan senang dan semangat
dalam proses belajarnya.
· Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 1.2
Nilai-nilai dan peran Guru Penggerak. Dalam pembelajaran sosial dan emosional,
guru dapat menumbuhkan nilai dan peran pada guru dan murid dalam pengelolaan
emosi sehingga nilai kemandirian dan pembelajaran yang berpusat pada murid
serta peran guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran dan mendorong
kolaborasi dapat tercapai dan berjalan seimbang.
· Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 1.3
Visi Guru Penggerak. Dalam pembelajaran sosial emosional dapat mewujudkan visi
yang diharapkan dengan melakukan prakarsa perubahan dengan memberikan
pembelajaran kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, kemampuan
berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab sehingga diharapkan
dapat mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.
· Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 1.4
Budaya Positif. Dalam pembelajaran sosial dan emosional, guru dan murid dapat
mengenali dan memahami emosi masing-masing sehingga mampu mengontrol diri dan
dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, aman, dan nyaman yang berpengaruh
dalam penerapan budaya positif baik berupa disiplin positif maupun keyakinan
kelas dengan sebaik mungkin.
·
Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 2.1
Pembelajaran Untuk Memenuhi Kebutuhan Murid Melalui Pembelajaran
Berdiferensiasi. Dalam pembelajaran sosial emosional guru dapat melakukan
pembelajaran dengan mengidentifikasi perasaan dan emosi. Hal ini sejalan dengan
pembelajaran berdiferensiasi yang memetakan kebutuhan murid diantaranya
kesiapan murid, minat, dan profil belajar murid dengan menggunakan strategi
diferensiasi konten, proses, dan produk, sehingga pembelajaran dapat
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan murid agar pembelajaran semakin
menyenangkan dan dapat mewujudkan merdeka belajar.
Sebelum mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa kompetensi
sosial emosional murid akan terbentuk dengan sendirinya sejalan dengan
pertumbuhan dan perkembangan murid sehingga dalam pembelajaran di kelas saya
lebih berfokus fokus pada proses penyampaian materi (kognitif) sesuai dengan
kurikulum. Setelah mempelajari modul ini, ternyata pembelajaran berbasis sosial
emosional perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa kesiapan , ketertarikan,
dan fokus murid dalam memulai pembelajaran untuk adalah untuk menciptakan
lingkungan belajar yang aman dan nyaman
agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik
dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.
Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman
dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat
meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis
(well-being), 3 hal mendasar dan penting
yang saya pelajari adalah:
·
5 kompetensi sosial emosional melalui peningkatan perilaku
positif.
· Kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar penguatan
kompetensi sosial emosional.
·
Pengintergasian KSE di kelas maupun di lingkungan sekolah.
Berkaitan dengan soal diatas, perubahan yang akan saya
terapkan di kelas dan sekolah:
·
bagi murid-murid:
menerapkan KSE dalam pembelajaran dan memasukan implementasi
KSE tersebut dimodul ajar.
·
bagi rekan sejawat:
berbagi praktek baik penerapan KSE dalam pembelajaran,
berupaya konsisten untuk menjadi rekan yang baik, teladan, menjalin komunikasi
dan berkolaborasi dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar